08.

133 137 73
                                    

A L B I R U sedang menunggu Ayasya di parkiran sekolah. Ia berdiri tegak dan bersandar di mobilnya dengan santai. Murid-murid perempuan yang melewatinya menatapnya dengan tatapan terpesona.

"Hai, Al!"

"Al, kamu ganteng banget, sih!"

Dua orang perempuan yang berhenti di depan Albiru.

Bukannya merespon, laki-laki itu malah menatap perempuan di depannya dengan tatapan tidak mengerti seraya menaikkan kedua alisnya. Albiru membuang napas malas dan melihat Ayasya yang akan mendekatinya. Ia tersenyum jahil, lalu kembali menatap dua perempuan di depannya.

"Makasih, Cantik!" goda Albiru, membuat kedua perempuan tersebut melompat kegirangan.

"Huaaaa! Kapan-kapan maen bareng Yuk, Al!" ajak salah satu perempuan.

Pletak!

"Aww!" ringis salah satu perempuan saat sebuah pulpen berhasil mengenai kepalanya.

Dua perempuan itu dan Albiru langsung berbalik menatap pelaku pelempar pulpen tersebut. Laki-laki itu terkekeh melihat Ayasya yang tengah tersenyum iblis menatap dua perempuan itu. Gadis itu mendekati kedua perempuan tersebut, dan mengambil pulpennya.

"Ups, sorry! " Ayasya terkekeh sinis. "Gue tadinya mau ngebuang pulpen ini ke tempat sampah. Ehh, malah kena lo. Lo banyak dosa, ya, sampai-sampai muka lo mirip kuda?!"

"Apaan, sih?!" Perempuan itu menatap malas Ayasya dan langsung melengos pergi bersama temannya.

"Huuuhhh, cetil!" teriak Ayasya. Albiru memalingkan wajahnya dan menutup mulutnya, berusaha menahan tawa melihat kegarangan gadis itu. "Kenapa ketawa? Seneng banget digodain cetil?! Pake ngerespon segala lagi!"

"Cewek kalo udah cemburu, serem juga, ya!" seru Albiru mencubit singkat pipi kembung Ayasya.

"Emang! Awas aja kalo sampe mata keranjang, colok pake besi, nih!" ancam Ayasya, menodongkan pulpennya.
Albiru terkekeh. "Itu pulpen, Sya,"

"Lah, iya, forget  aku." Ayasya nyengir.

"Awas aja kalo sampai lupain aku," Albiru mengancam.

"Kayak yang mau ke mana aja." ucap Ayasya malas. Ia langsung tersenyum jahil. "Lupain, ahhh!"

"Gak tahan, nih," Albiru tersenyum jahil dan langsung memegang wajah Ayasya. "Sebentar, ya, ya!"

Ucapan Albiru membuat jantung Ayasya berdebar kencang sekaligus membuat wajahnya memerah. Dengan cepat, gadis itu menepis tangan Albiru, lalu menunduk tersipu malu.

"Cium aja Nurrani, sana!" gumam Ayasya malu-malu kucing.

"Okey!" ucap Albiru mantap. Ia menatap Ayasya dengan tatapan jahil. "Yakin, nih, gak bakal cemburu?"

"Gak!" ketus Ayasya mengelus dadanya.

"Kenapa dielus?"

"Jantung aku senam!" Ayasya nyolot.

"Baper, nihh?" rayu Albiru.

Permainan Ingatan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang