07 | Asia

1.6K 259 48
                                    

"Kalian sudah makan siang?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalian sudah makan siang?"

Pertanyaan itu membuat Asia dan Ambar saling melirik.

"Sudah. Kami tadi nyoba makanan kantin kantor ini, enak." Ambar terbiasa mewakili Asia untuk menjawab pertanyaan orang-orang, sebab ia tahu Asia bukan tipe suka basa-basi.

Makanya Ambar mengernyit ketika Asia membuka mulut, tetapi terpotong jawabannya.

"We kinda proud of that." Benua tersenyum sampai matanya tampak seperti segaris. "Kalau begitu, kami duluan, ya."

Benua dan Jill bergerak dengan cepat menuju lift dan hilang dari pandangan begitu pintunya menutup, sepertinya masih dikejar-kejar pekerjaan lain.

Ambar bersiul. "Cakep, ya?"

Asia memelotot, hampir menyikut manajernya itu.

Di mobil, di perjalanan menuju perpustakaan Jakarta yang banyak digandrungi anak muda karena interiornya yang cantik dan koleksi bukunya lengkap, Asia berkutat dengan ponsel. Seharusnya ia mengingat-ingat kembali bahan diskusi bertema film adaptasi novel sebagai pembicara dengan perspektif aktris di event buku tersebut, tetapi Asia malah sibuk mencari-cari akun seseorang di internet.

Apa nama lengkapnya? Benua Alano Navvare. Tidak ada yang muncul. Asia mengernyit, apa mungkin laki-laki itu tidak punya akun media sosial?

Asia dan Tarisha tidak saling mengikuti, tetapi akun ibu Benua tidak diprivat. Ada lebih dari tiga ratus akun yang Tarisha ikuti dan Asia tak menemukan akun Benua ketika mengetik namanya lagi. Oleh karena itu, Asia mengecek postingan Tarisha.

Di antara foto-foto kegiatan dan pemandangan, Asia akhirnya menemukan foto polaroid tiga anak kecil. Yang satu jelas lebih tua dari yang lain, sedangkan dua anak kembar duduk di pangkuan si anak sulung. Bila dibandingkan dengan kedua adiknya, Benua lebih mirip Tarisha. Benua tampak oriental dengan mata lebih kecil, bibir tebal, hidung besar, dan wajah lebih bulat. Adik kembarnya, yang Asia ketahui dari tag photos sebagai Aland dan Arkan, lebih mirip ayahnya. Muka mereka lebih tegas dan punya fitur-fitur macam orang Eropa.

Pantas saja Asia tidak menemukan akun Benua ketika mencari dengan nama asli, akunnya menggunakan username @thedeepkai. Entah apa artinya. Foto profilnya adalah potret Benua dari belakang di bawah pohon di musim gugur. Tidak diprivat juga.

Oh, pohon-pohon musim gugur itu.

Akun Benua hanya punya sembilan postingan, semuanya diedit dengan tone hangat. Postingan pertama Benua jadi satu-satunya yang memuat foto laki-laki itu, postingan dua tahun lalu. Dia duduk di pagar batu dengan latar sungai, mengenakan kaus hitam, dan rambutnya turun ke dahi. Benua melihat ke arah lain, sinar matahari yang jatuh di permukaan air memantulkan cahaya di balik punggung laki-laki itu.

Asia menekan pilihan like, lalu membelalak karena lupa belum mengganti akun utamanya.

"Shit." Asia mengumpat pelan. Pengikut Benua tidak sampai dua ribu orang, notifikasi yang masuk tidak akan sebanyak itu, pasti sulit dilewatkan hasil tindakan Asia sekarang. Apa Benua sering mengecek media sosialnya? Asia tak yakin, maka ia membatalkan opsi sukanya, memasukkan ponsel ke tas dengan sembarangan, dan melempar pandangan ke luar jendela.

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now