10 | Benua

1.5K 227 35
                                    

"Jadi pacarnya Aland itu teman satu kampus?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi pacarnya Aland itu teman satu kampus?"

Di layar laptop, Arkan mengangguk sambil mengunyah pop corn. Wajahnya yang cantik itu kelihatan agak capek, katanya baru membersihkan diri setelah pulang dari survei venue untuk tugas semesternya.

Benua kemudian mencoba membandingkan penampilan Arkan dengan pertemuan pertama mereka setelah sekian lama di rumah sakit dulu. Sekarang, Arkan tampak lebih dewasa. Sebelumnya, dia kelihatan terlambat pubertas dibanding kembarannya. Arkan jadi mirip Samudra, tetapi versi lembut. Telinga adik bungsunya itu ditindik, tiga jenis piercing. Rambutnya light blonde.

"Namanya Sheina." Aland menyambung antusias. "Dia orang Indonesia juga. Personality-nya mirip-mirip Arkan. Sewaktu SMA pernah ketemu dia beberapa kali, ternyata nyambungnya di sini."

Kalau Aland, dia tidak banyak berubah. Dia memang selalu tampak maskulin.

Di waktu senggangnya, Benua suka menerima permintaan Aland dan Arkan untuk bercakap via video call, saling bertukar cerita. Soal kehidupan kampus, soal tingkah Papa di masa lalu, soal kerinduan mereka akan masakan Mama, culture shock Benua di Indonesia, pekerjaan-pekerjaannya.

Obrolan-obrolan dari yang remeh sampai berat itu untuk mengisi ruang kosong di antara mereka, setelah bertahun-tahun berpisah.

Aland baru jadian dengan Sheina beberapa hari yang yang lalu setelah pendekatan cukup lama. Belum mau cerita karena tidak mau koar-koar dulu, begitu katanya.

"Kalau lo, pacarnya yang namanya Agatha itu, 'kan?" Pertanyaan itu ditujukan kepada Arkan.

Aland bersandar pada kaki sofa. "Nggak mau pacaran, dia."

"Siapa?"

"Arkannya."

"Kenapa?"

"Nggak percaya yang namanya pacaran," jawab Arkan.

"Agathanya nggak percaya juga?"

Arkan perlu beberapa waktu untuk memikirkan jawaban. "Selama ini dia nggak keberatan."

"You are not sure about that."

Arkan menggeleng jujur. "Nggak, but we believe in each other."

"You should ask her somehow, just in case."

Arkan mengangkat bahu. "I'll ask her later."

"How about you?" Aland mengambil pop corn di mangkuk yang dipegang Arkan. "You never told us about your love life."

"Never had one."

Aland dan Arkan saling berpandangan. "Nggak percaya," kata mereka kompak.

Benua meraih cangkir espresso-nya. "Kenapa nggak percaya?"

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now