20 | Benua

1.2K 201 2
                                    

Beberapa tenda pinggir jalan itu setengah ramai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa tenda pinggir jalan itu setengah ramai. Pedagangnya sibuk di depan wajan besar, pelanggannya makan sambil berbicara cukup nyaring. Sebelum turun, Benua bertanya, "Kamu tidak apa-apa, tempatnya ramai begini?"

"Memangnya kenapa?" Asia balik bertanya.

"Nanti mungkin banyak yang kenal kamu."

Asia membenarkan cardigan-nya untuk kali kesekian. "Ya sudahlah, paling nanti disapa. Biasanya begitu, soalnya. Kalau ada yang minta foto, tinggal kasih saja."

"Oke." Benua keluar lebih dulu dan membukakan pintu untuk Asia. "Nanti beritahu saya rekomendasi kamu lagi, ya."

"Don't worry, Benua."

Seperti dugaannya, kedatangan mereka mengalihkan perhatian beberapa orang. Bisik-bisik segera terdengar begitu lampu tenda makan tersebut menyorot wajah Asia. Salah satu pelanggan wanita melambaikan tangan dan memanggil nama Asia.

"Seru ya, pergi bareng artis terkenal," seloroh Benua.

Asia mengangkat sebelah bahu, dia menyodorkan kertas yang sudah dilaminating ke arah Benua. "Menurutku yang paling enak nasi gorengnya."

Dipelajarinya menu itu, Benua tiba-tiba tertawa, membuat Asia mengernyit.

"Ada yang lucu?" tanyanya penasaran.

Benua menunjuk salah satu menu. "Saya ingat adik kembar saya. Waktu kecil, mereka tidak bisa bilang kwetiau, bisanya ketiwaw."

"Ketiwaw." Dia mengulang kata yang diucapkan Benua. "Adik kembar kamu di Boston juga?"

Benua mengingat dua wajah adik kembarnya. Tarisha punya rencana mengunjungi mereka. Benua ingin ikut, tetapi secepat-cepatnya naik pesawat, ia malas merasakan lelah bepergiannya.

"Mereka lanjut studi di Singapura."

"Dua-duanya?"

"Ya. Mereka agak susah dipisahkan."

Asia menatapnya tak mengerti. "Maksudnya?"

"They are very close to each other. Tipe yang tidak tahan kalau jauh dari saudaranya, saya ingat waktu kecil mereka marah kalau disuruh tidur beda kamar."

Asia mengangguk-angguk. Meski begitu, matanya sempat menatap kosong dan kelihatannya pikirannya melayang entah ke mana. Hanya sebentar.

"Kamu sudah mau pesan?" Asia menulis pada kertas yang diberikan. "Saya mau beli roti bakar keju saja. Mau yang manis-manis."

"I hope you didn't feel disgusted by it, tapi ini candaan adik saya." Benua merasa lelucon ini garing, tetapi tetap diucapkannya juga. "Ini kata dia, ya. Kalau mau yang manis-manis, lihat cermin saja."

Benua tidak bisa menebak ekspresi apa yang muncul di muka Asia. Geli, ngeri, blushing, keki. Semuanya bercampur jadi satu. Namun, saat Asia melepaskan tawa. Benua tahu candaan pinjamannya itu berhasil.

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now