22 | Asia

1.2K 186 4
                                    

Rambut Asia masih setengah kering ketika ia mengeringkan sekaligus menatanya dengan teknik blow dry, ketika bel apartemennya berbunyi beberapa kali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rambut Asia masih setengah kering ketika ia mengeringkan sekaligus menatanya dengan teknik blow dry, ketika bel apartemennya berbunyi beberapa kali. Di luar riasan muka, Asia lebih suka mempersiapkan segalanya sendiri–tata rambut dan pakaian dengan bantuan konsultan mode. Maka, ia berdecak sebal karena kegiatannya itu terganggu.

Sambil melangkah menuju pintu, Asia mencoba berpikir siapa yang mendatangi apartemen pagi-pagi begini. Ambar masih di jalan terjebak kemacetan dan dia akan masuk tanpa perlu menekan bel. Bila teman-temannya seperti Bintari akan datang, mereka pasti memberitahu Asia lebih dulu.

Yang ini menekan bel lagi dengan tidak sabaran.

Asia nyaris berbalik kembali begitu melihat siapa orang di balik pintu lewat monitor di dinding. Namun, wanita setengah abad itu menekan bel untuk kali kesekian. Ketika pintu dibuka pun, telunjuk wanita itu hendak menekan bel lagi.

"Nggak usah tekan berkali-kali memangnya nggak bisa?" seru Asia.

"Nggak akan tekan bel kalau password apartemen kamu tidak diganti."

"Rutin ganti buat jamin keamanan sendiri." Asia menyela. "Biar nggak sembarang orang bisa masuk."

Wanita dengan alis tipis dan rambut bergelombang hasil salon kecantikan itu melipat tangan di dada. "Kamu nggak berniat meminta ibu kamu ini masuk?"

"Nggak," aku Asia jujur. "Kenapa ke sini?"

"Mau berkunjung dan melihat anak sendiri. Ada yang salah?"

"You should've asked before."

"Mama ini kan, ibu kamu. Masa mau datang saja mesti bilang-bilang? Memangnya fans kamu?"

"Kalau punya pemikiran anaknya mungkin nggak di rumah atau nggak nyaman disamperin tiba-tiba, mungkin bakal nanya dulu."

Rima sudah menghadapi perangai Asia ini selama bertahun-tahun, meski dia lebih sering tak mendapat jawaban. Hanya pesan tak terbalas dan reaksi dingin. Namun, Rima bermuka tebal.

Jangan heran bila Asia selalu keras kepala.

"Jadi Mama boleh masuk atau nggak?"

"Kenapa ke sini?" Asia mengulang pertanyaannya.

"Mengunjungi kamu, mau ngobrol sebentar saja."

Asia menghela napas, sadar Rima tidak akan pergi sampai ia membiarkannya masuk. Maka Asia membuka pintu, Rima bergerak masuk bersama tas desainer yang warnanya tidak nyambung dengan pakaiannya itu.

Urusan rambutnya belum selesai, jadi Asia kembali ke kamar dan duduk di depan meja rias. Kalau Rima memang ingin mengobrol, seharusnya dia langsung menyampaikan poin obrolan. Namun, sampai Asia selesai mengeringkan rambut dan membuat ujungnya agak bergelombang, Rima belum membuka mulut juga.

"Kalau memang cuma mau lihat-lihat, nggak usah bilang mau ngobrol."

Rima berhenti memperhatikan tirai sheer merah muda di kamar Asia dan berbalik. "Dulu kenapa kamu nggak mau angkat telepon Mama? Sampai Mama titip bilang ke Ambar, kamu nggak telepon balik."

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now