27 | Benua

1.3K 206 14
                                    

Seperti warga lokal lainnya, Benua tidak sering atau bahkan tak pernah mengunjungi tempat wisata di Boston

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti warga lokal lainnya, Benua tidak sering atau bahkan tak pernah mengunjungi tempat wisata di Boston. Di matanya, tempat-tempat itu tak seistimewa di mata wisatawan–sudah sering ia lihat dari luar saat di perjalanan menuju tujuan.

Tadinya Benua ingin pergi ke Franklin Park Zoo, kabarnya ada bayi jerapah baru. Mereka juga punya zoo lights pada malam hari, dengan banyak figur berbentuk hewan, tanaman, dan dekorasi lainnya.

Namun, Radewi selalu menjadi penggemar koleksi seni. Lukisan, patung, tekstil. Dia sudah berkali-kali mengunjungi Isabella Stewart Gardner Museum, tetapi masih ingin pergi ke sana lagi di setiap kesempatan.

Dan seperti waktu-waktu lain, Benua mengubah rencana dan mengikuti keinginan Radewi.

Ia adalah bayangan Radewi.

Tangan Asia terasa lembut di genggaman. Kehangatan dari sentuhan itu tak hanya terasa di telapak tangannya, tetapi juga di dada, di pipi, di telinga. Tak bisa ditahan, sudut bibirnya terangkat.

Kendati tidak bertahan lama, genggaman itu masih keduanya pikirkan untuk beberapa waktu ke depan.

Benua selalu suka interaksi-interaksi kecil. Dulu, Benua gemar memainkan gelang Radewi, mencubit ujung lengan kemeja longgarnya, dan menginjak jejak tak kasat mata wanita itu.

Benua menjatuhkan pandangan pada senyuman yang ditahan Asia sekuat tenaga, pada anting yang bergoyang karena dia memiringkan kepala, dan caranya membalas tatapan Benua dengan percaya diri.

Genggaman tangan itu terlepas pada akhirnya. Cuma sekejap, tetapi Benua merasa seperti berjam-jam lamanya.

Asia menatap sekeliling, pada orang-orang yang sibuk dengan urusan mereka sendiri. "Kamu nggak cantumin soal kematangan telurnya, ya?"

Mereka kembali pada topik makanan dan hal-hal biasa.

Dalam hati, Benua tertawa. Memangnya seluruh pembicaraan mereka tadi tidak biasa?

Mungkin, sebenarnya.

"Memang ada levelnya?"

"Ada yang matang, ada juga yang setengah matang." Asia menjelaskan, menunjuk foto di menu yang diselotip di meja. Di mata Benua, makanan surabi telur itu tidak ada bedanya.

"I'm ok with both of them."

"Oh, ok." Asia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Saya suka yang topping oncom."

"Baru saya mau bertanya. What is oncom?" Benua memperhatikan gambar, tetapi ia tidak bisa membayangkan apa-apa.

"Hasil fermentasi mirip-mirip tempe, agak pedas. Kamu centang semua menu, ya? Semoga bisa dihabiskan semuanya, soalnya kalau saya masih suka ditambah gorengan."

"Tidak fokus waktu pilih menu, you know why."

"Oh, please." Ponsel Asia berbunyi, dia mengambil benda itu dari tas kecilnya, mengecek layar sebentar, sepertinya membalas pesan. "Jangan dulu bahas hal-hal kayak gitu. Saya masih lapar, masih sensitif."

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now