42 | Asia

1.1K 174 8
                                    

"Yakin lo?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yakin lo?"

Ambar melihat Asia sebelum masuk ke mobil seolah tangan aktris kenamaan itu bertambah menjadi empat.

"Mumpung ibu gue lagi nggak ada di rumah." Asia membalas tak sabaran. "Biar cepat beres masalahnya. Gue nggak mau sisa syuting series ini masih dibayang-bayang perkara Giovanni."

"Mau beli makan dulu, nggak? Lo belum makan siang, deh." Ambar mengecek arloji di pergelangan tangan. Nyaris pukul tiga. Syuting hari itu baru selesai dua puluh menit lalu.

"Nanti mampir ke minimarket aja." Asia mengganti atasan kemeja putihnya dengan kaus biru pastel. Celana kotak-kotak hitam bekas syuting sudah diganti rok putih berenda selutut sejak tadi.

"Ya udah, kalau itu mau lo. Tahu Tante Rima nggak ada di rumah dari siapa?"

"Asisten rumah tangganya."

"Yang udah kerja dari pas lo masih tinggal di sana?"

"Iya. Makanya lebih bisa diajak kerja sama. Gaji dia aja dari gue sama Giovanni. Manajernya itu anak tuh, yang ngeselin. Pake nanya mau konfirmasi ke ibu gue soal saran ke psikiater. Heran."

"Bukannya agensi kita nawarin program kesehatan mental yang udah include psikiater, ya?" Ambar bertanya-tanya.

"Makanya." Asia bersungut-sungut. "Manajernya juga kok, bisa nggak aware sama kesehatan artisnya sendiri."

"Terus agenda lo hari ini ketemu dia mau ngapain? Ngobrol kah, atau gimana?"

"Probably. Yang penting dia tahu kalau punya backing-an atau dia tahu ada yang mengerti kondisi dia tanpa menyalahkan." Lewat spion dalam, Asia melihat Ambar tersenyum simpul. "Kok lo senyam-senyum?"

"Seneng aja. Dari dulu, gue suka berharap kalau kalian akur. At least nggak bersikap seperti nggak kenal satu sama lain. Character development."

Asia mengangkat bahu. "Nggak bertindak kayak gini sengaja buat dia," sebutnya, mengelak.

"Iya, iya. Giovanni nggak tahu lo bakal datang, 'kan?"

"Nggak."

"Tante Rima lagi ke mana deh, itu? Sama suami barunya. Anak lagi ambil rehat, sampai nggak sekolah, malah nggak ada di rumah."

"Kalau kata Mbak Lala, acara arisan atau apalah." Asia menyahut sengit. "Udah gue bilang dia nggak bisa jadi orang tua, tapi lo sebut omongan gue nggak sopan."

"Well." Ambar menjeda ucapannya, mencari kata-kata yang tepat sebagai balasan. "It indeed agak kasar kedengarannya."

"Emang faktanya kayak gitu, kok."

"Hmm. Lo mau gue tungguin, 'kan?" Ambar mengalihkan pembicaraan.

"Iya, tapi di bawah aja. Nggak usah ikut ke kamarnya."

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now