45 | Asia

978 166 9
                                    

"Tadi botol minum yang udah gue buka mana, ya? Sayang kalau ambil yang baru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tadi botol minum yang udah gue buka mana, ya? Sayang kalau ambil yang baru." Asia tidak melihat botol plastik itu di mejanya, di ruang istirahat syuting.

Hair stylist baru saja menambahkan hair clip di akar poni, biar lebih bervolume. Wanita itu juga mengecek ke sana kemari. "Kayaknya diambil Ambar deh, Kak. Tadi dia ada yang telepon, jadinya keluar."

"Oh, oke." Asia mengambil kipas elektrik mini dari paper bag-nya. Merasa gerah. "Gue ke luar dulu deh, nyari Ambar."

Ambar masih menelepon, berdiri di ujung koridor bangunan lokasi syuting–sebuah pool bis tua. Melihat Asia, Ambar melambaikan tangan dan menunjukkan gestur agar ia cepat-cepat menghampirinya.

"Tante Rima." Ambar menyebut nama ibunya tanpa suara.

Asia memutar bola mata malas. Dalam jeda filming, Rima masih tak ragu untuk mengganggunya juga.

"Jangan seenaknya telepon Ambar kalau nggak penting." Asia berkata tajam.

"Kamu ngapain ngasih rekomendasi ke psikiater buat Giovanni ke agensi, sih? Mama baru dapat penjadwalan konsultasi. He doesn't need that. Dia baik-baik aja."

"Yakin? Tahu dari mana?"

"Mama adalah ibu kandung dia. Kamu yang sembarangan, kalian hanya saudara tiri."

"Saudara tiri yang sama-sama mengalami semua kecemasan dan kelelahan karena bekerja? Ya."

"Tindakan gegabah itu bisa menghancurkan karier Giovanni. Kamu tahu itu!"

"Ma." Asia menghela napas. Ambar menatapnya was-was. "Kesehatan mental Giovanni sama pentingnya dengan kesehatan fisik dia. Bagus dong, dia menerima bantuan untuk kembali sehat. Panic attack itu udah mengganggu keseharian dia. Kalau nggak dibantu, pasti akan memburuk."

"Kamu mengalami kejadian yang sama dan baik-baik aja tuh, sampai sekarang?"

"Kata siapa aku baik-baik saja?" Asia membalikkan pertanyaan. "Aku ke psikiater sendiri, tanpa dampingan Mama, tanpa persepsi kuno Mama."

"Ngapain kamu ke psikiater? Bagaimana kalau reporter tahu?"

"Banyak yang tahu." Asia bisa mendaftar kenalan yang tahu masa-masa ia bolak-balik ke psikiater. "Tapi mereka pun paham, ada batas dalam melakukan pekerjaan mereka. Tanpa statement dariku, mereka nggak akan bisa bikin artikel. Mama mungkin ibu kandung Giovanni, tapi aku lebih tahu soal ini karena aku pernah merasakan hal yang sama seperti dia, seperti yang Mama katakan tadi."

"Pencegahan lebih baik daripada kena liput beneran."

Perlu seribu tahun agar Rima mendapat poin kalimatnya. "Perlu pencegahan agar kondisi Giovanni nggak memburuk. Mama mau dia sampai tak bisa bertemu banyak orang?"

"Dia sedang syuting hari ini, belum ada yang terjadi."

"Belum." Asia mengambil kata yang digunakan Rima. "Dan aku menghubungi Luca."

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now