12 | Asia

1.4K 208 7
                                    

Asia tidak tahu ia kerasukan apa sampai berani memasukkan Benua ke dalam kehidupan penuh pura-puranya ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Asia tidak tahu ia kerasukan apa sampai berani memasukkan Benua ke dalam kehidupan penuh pura-puranya ini.

Ambar bilang ia harus lebih banyak bergaul lagi, biar tidak jadi aktris penyendiri. Asia sangsi Benua termasuk ke dalam kelompok yang dimaksud Ambar. Sepertinya tidak. Maksud manajernya itu pasti pemeran-pemeran film atau orang-orang di balik layar perfilman.

Seluruh situasi ini aneh rasanya.

Asia tak melihat laki-laki sebagai makhluk menarik, jadi ia tak banyak berteman dengan rekan lawan jenis. Kebanyakan narsistik, Asia tak tahan menanggapi orang-orang yang isi ucapannya adalah aku begini, aku begitu, aku ini, aku itu.

Ia baru bertemu Benua beberapa kali, tetapi dia tak terasa masuk ke kelompok itu. Soal ini Ambar memang benar. What a man. Bukan soal fisiknya, meski yang itu Asia pun setuju. Ini soal perangai dan tingkah laki-laki itu.

Lagi, ini berdasarkan beberapa pertemuannya dengan Benua. Dia tampak terpelajar dan respectful.

Asia menggeleng ketika pipinya memanas karena tiba-tiba mengingat bagaimana kemeja putih pada charity dinner lalu, memeluk tubuh Benua dengan sempurna sampai-sampai ia bisa melihat bayangan bentuk dada hasil olahraganya.

Alihkan pikiran, Asia memerintah isi kepala.

Oh, Benua tidak pernah ke pasar tradisional.

Sekarang, Asia bisa dikategorikan sebagai aktris yang berhasil dalam karier. Namun, ia merangkak dari status ekonomi bawah dan prosesnya tidak instan. Beberapa orang barangkali menggolongkannya sebagai sangat berkecukupan. Memang benar, tetapi jarak antara jutawan self made dan old money macam keluarga Benua itu jauh sekali.

"Well." Asia berbicara pada dirinya sendiri. Ambar meliriknya lewat spion tengah mobil, tetapi Asia tidak memedulikannya.

Sabtu depan jadwalnya memang kosong. Tadinya Asia ingin mengisi hari itu dengan bermalas-malasan sampai siang, lalu akhirnya berpartisipasi lagi dalam kelas pilates.

Asia benar-benar tidak bermaksud meledek Benua, kala ia menahan tawa gara-gara laki-laki itu bertanya mesti berpakaian seperti apa untuk pergi ke pasar. Kalau Asia sendirian di apartemen, ia pasti sudah tertawa kencang.

Di kepalanya, Asia mendata apa saja yang mungkin tidak pernah dialami Benua sehubungan tak pernahnya dia ke pasar tradisional. Benua kemungkinan membeli barang tanpa merasa perlu menawar, jadi dia pasti heran kalau melihat ibu-ibu menawar belanjaan lebih dari setengah harga. Pernahkah dia makan kue-kue pasar yang banyak variannya itu? Atau dia bahkan tak pernah makan makanan pinggir jalan?

Asia sibuk menyusun apa saja yang ingin mereka lakukan di Sabtu itu, sampai-sampai ia masih melamun ketika Ambar memberitahunya mereka sudah sampai di depan lobi apartemen.

"Bengong mulu dah lo, hari ini. Giggling terus tiap liat hape pula," komentarnya.

"Didn't ask." Asia meraih tas selempangnya. "Mending lo forward run down talk show In You Beauty, deh."

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now