28 | Asia

1.1K 195 10
                                    

"That was a good one

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"That was a good one."

Asia sudah duduk di kursi penumpang mobil Benua lagi. Dan seperti di tenda pinggir jalan kemarin, mereka bercakap sampai tengah malam. Ia beberapa kali dapat pesan dari Ambar yang bertanya di mana posisinya sekarang. Di luar, balasnya singkat. Manajernya itu memintanya hati-hati dan mengingatkan soal jadwal besok, juga mengonfirmasi soal penerimaan kerja sama dengan In You Beauty.

Sebelum mulai menyetir, Benua mengenakan kacamatanya lagi. Silver metal frame-nya tampak cocok untuk laki-laki itu, dia pasti punya netral atau cool undertone. Shaft kacamata Benua punya aksen bentuk semacam bintang.

Asia suka ketika Benua mengenakan kacamata.

"Kayaknya kamu memang lebih suka makanan asin ya, dibanding manis? Es krim saja yang ada sensasi segarnya."

Benua mengeluarkan mobil dari area parkir. "Suka, tapi memang tak begitu sering makan."

"Apa yang kamu suka?"

"Saya suka cookies. Kenapa?"

Berakting berdasarkan naskah berbeda-beda mengharuskan Asia melakukan riset dan menekuni hobi baru. Di film kisah cinta anak SMA itu, Asia mesti belajar dance dan banyak-banyak berolahraga. Di proyeknya dengan Lilia, ia belajar menjahit sedikit-sedikit. Gara-gara Blue Marriage, Asia ikut kursus baking. Hasilnya, ia bisa membuat beberapa kue dan kudapan.

Benua suka cookies dan salah satu bikinan Asia yang mendapat pujian pengajarnya adalah kue datar dan manis itu.

"Bukan apa-apa." Asia membalas.

Ia ingin membuatkan cookies untuk Benua.

Entah ya, mengapa Asia bisa jadi seimpulsif dan seniat ini.

"So, ke mana lagi kamu mau saya ajak eskplor makanan?"

Asia sebenarnya sudah tahu jawabannya. Ia sempat mencari-cari tahu informasi soal festival kuliner di internet.

"Saya ikut saja," sahut Benua. "So far rekomendasi kamu enak-enak semua soalnya."

"Kamu mau coba nggak, ke festival kuliner? Nanti lusa, paling."

"Boleh. Di jam yang sama kayak tadi?"

Asia mengangguk. "Ya. Biar sama-sama nggak ada lagi urusan pekerjaan."

"Okay. Soalnya setelah itu, saya tak bisa ke mana-mana lagi. Si beauty event itu sudah mulai membutuhkan kami buat bekerja lebih ekstra."

"Oh." Asia merapatkan bibir. "Tapi setelah beauty event itu, kamu bisa lagi?"

"Tentu, Asia." Benua menyempatkan diri untuk menoleh ke arah wanita di kursi penumpangnya. "Saya juga ingin bertemu kamu lagi."

Kepala Asia biasa membayangkan serangkaian kemungkinan-kemungkinan terburuk, seperti mekanisme untuk tidak menghasilkan ekspektasi terlalu tinggi.

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now