30 | Asia

1.2K 180 6
                                    

"Tumben, nggak pakai setelan kantor kamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tumben, nggak pakai setelan kantor kamu."

Jarak antara pertemuan dan janji bertemu kembali mereka hanya terpaut satu hari. Namun, Asia menghabiskan siang dan malamnya bekerja sambil curi-curi kesempatan memikirkan Benua.

Laki-laki itu tidak keberatan dipanggil Prince, omong-omong.

Biarpun begitu, Asia tetap akan memanggilnya Benua.

Benua berdiri bersandar pada pintu mobilnya di parkiran apartemen Asia. Dia mengenakan celana jeans longgar yang dipadukan dengan kaus hitam lengan pendek. Ketika mendekat, Asia bisa melihat rambut Benua belum sepenuhnya kering.

Dia mengenakan kacamatanya dan Asia terkekeh dalam hati.

"Habis dari gym tadi sore."

Dia baru mandi. Hal itu menjelaskan mengapa selain aroma choco mint, Asia juga dapat menghirup bau sabun yang lembut.

"Kamu mau jadi segede apa?" Pertanyaan itu dilontarkan dengan maksud bercanda.

"Entah ya, tadinya mau seperti Captain America, tapi jadinya kebablasan."

Asia setuju, pundak dan punggung laki-laki itu lebih lebar.

Di tangan Asia ada dua tote bag, isinya barang-barang pinjaman dari Benua. Coat dan kardigannya. "Ini, saya kembalikan ke kamu."

Benua mengangkat sebelah alis, menerima dua tote bag itu dan melihat isinya. "Oh, oke. Thank you, Asia."

"No, thank you. Maaf baru bisa mengembalikannya sekarang."

"Tidak apa-apa." Benua membukakan pintu mobil untuk Asia. "Ready to explore the night, Princess?"

Asia menghabiskan waktu setidaknya sepuluh detik untuk beradu pandang dengan Benua. "I do."

Selain dua tote bag yang tersimpan di kursi belakang, Asia juga membawa satu bungkus penuh permen jeli semangka. Permen itu tidak sepenuhnya berpindah tangan. Belum.

"Can you open the wrap for me, please?" Adalah respons Benua atas uluran bungkus permen itu.

Ada hal yang berbeda dalam cara Benua mengucapkan kata-katanya. Benua pandai berbicara, itu yang pasti. Meskipun terbilang kecil, kalau bertanya atau meminta sesuatu, matanya tampak seperti bambi eyes.

Di dasbor mobil Benua, Asia tak lagi melihat pajangan miniatur bunga tulip. Sepertinya Benua mencabut benda itu, entah untuk alasan apa.

Festival makanan itu menyambut Asia dan Benua dengan keramaian di mana-mana. Suara musik beradu, orang hilir mudik dengan makanan di tangan. Festival makanannya terletak di sebuah lapangan. Lampu menyala di setiap tenda, begitu terang.

"Kita harus mulai dari mana?"

Asia mengedarkan pandangan. Semua booth menyediakan produk mereka secara terbuka. Makanan berat, camilan-camilan berukuran besar, dan kudapan manis dijajakan memanjakan mata.

Benua & AsiaOn viuen les histories. Descobreix ara