36 | Benua

1.2K 202 19
                                    

"See you, Princess

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"See you, Princess."

Ucapan itu baru terucap setelah beberapa saat lamanya mobil Benua terparkir di underground parking lot apartemen Asia. Baik Benua maupun wanita itu sama-sama sengaja berbicara lama-lama, enggan jarak memisahkan mereka.

Sampai ia berkendara hendak pulang pun, Benua masih mengingat manisnya bibir Asia. Betapa mabuknya Benua selama Asia mengalungkan tangan di lehernya. Bumi seakan berhenti berputar kala Asia cekikikan dengan semakin eratnya pelukan Benua.

Beginikah rasanya jatuh cinta dengan perasaan berbalas?

Rasanya seperti kehormatan mendapatkan cinta Asia.

Barangkali ini yang dirasakan Papa saat Mama mengembalikan hatinya. Barangkali ini yang membuncah di dada Aland saat pendekatan dengan Sheina tak berakhir percuma. Barangkali ini yang selalu dipercaya Arkan dan Agatha, makanya mereka mau berjauhan dan siap meraih pelukan masing-masing yang terbuka.

Hari-harinya akan terasa semakin panjang tanpa wanita itu.

Sesampainya di apartemen, Benua mengedarkan pandangan. Di sofa dekat jendela dan tirai setinggi dua lantai, Benua bisa melihat Asia duduk bersama buku atau skrip film di tangan. Serius membaca, dengan rambut messy bun-nya. Di meja makan, Asia memotong-motong buah-buahan, sementara Benua menyiapkan makan malam. Di cermin dekat pintu masuk, Asia mengecek penampilan terakhir sebelum keluar.

Benua mengerjap. Ia merasa egois hanya dengan membayangkan serangkaian adegan itu.

Setelah membersihkan diri, Benua duduk di meja kerja, dibacanya laporan hari ketiga dari staf-staf yang bekerja di venue beauty event. Karena perencanaan dan setiap langkah sudah diperhitungkan dari lama, tak ada kendala atau kekurangan PR products selama tiga hari itu. Laporan kegiatannya tak akan banyak catatan.

Sebelum tenggelam dalam kerjaannya sebentar, Benua menyempatkan diri memberitahu Asia ia telah sampai di apartemen dan mengucapkan rasa terima kasihnya untuk hari ini.

Benua tidak merinci apa saja yang membuatnya berterima kasih kepada Asia. Akan terlalu panjang bila didaftar, akan terlalu lama untuk dijelaskan.

Dalam beberapa waktu, Benua kembali tenggelam dalam catatan yang dibuatnya. Ketika ponsel berdering tanda telepon masuk, Benua tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.

Namun, senyumnya memudar begitu mendapati nama Radewi muncul di layar ponsel dan bukan Asia.

Malam itu sudah menunjukkan waktu pukul sembilan lewat enam belas menit. Di Boston masih pukul sembilan juga, tetapi pagi hari. Benua bertanya-tanya mengapa Radewi menghubungi tanpa pesan atau pemberitahuan apa-apa.

"Halo, Radewi." Benua akhirnya mengangkat telepon itu juga. Dalam waktu yang bersamaan, ia membuka aplikasi perpesanan di laptop, agar bila Asia membalas pesannya, dapat langsung dijawab.

Benua & AsiaWhere stories live. Discover now