40 | Asia

1.2K 196 7
                                    

Asia duduk di depan wanita dengan rambut ditata rapi dan postur sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asia duduk di depan wanita dengan rambut ditata rapi dan postur sempurna. Set meja di dekat jendela besar restoran lantai dua itu diterangi lampu yang sudah diatur intensitas cahayanya. Kaca jendela disemprot air, biar kelihatan seperti baru dijatuhi hujan.

"Kalau saya jadi kamu, saya akan membunuh diri sendiri ketika masih anak-anak."

Di naskah, wanita itu seorang pramugari kereta api.

Wajahnya berubah dari tanpa ekspresi, keterkejutan sekilas lewat mata membesar sedikit, lalu berubah pada perasaan geli.

"Saya juga akan melakukan hal yang sama. Anda mau membuat mesin waktu, kembali ke masa kecil, dan membunuh saya?"

Syuting dini hari itu terlaksana dengan cepat, setidaknya bagian Asia. Tinggal bagian detektif satunya. Asia duduk di ruang makeup, dengan segelas teh panas. Ambar memberinya cotton twill overshirt–punya Benua dari beauty event dulu, belum ia kembalikan.

"Buat hari ini, sisa jadwal syuting lo nanti malam jam tujuh dan selesai jam sebelas. Tapi siang nanti, setelah jam makan siang, meeting ketemu In You Beauty buat nyoba sampel makeup pertama." Ambar mendaftar jadwalnya.

"Oke, cool." Asia menyesap tehnya, mengernyit karena terlalu panas. "Lokasi syuting nanti malam agak jauh, ya?"

"Dari apartemen lo, iya." Ambar menggeliat, kelihatan kurang tidur. "Kenapa emang?"

"Nggak, nanya aja."

Ambar mengedarkan pandangan, tak ada orang di ruangan makeup itu selain mereka berdua.

"Resepsionis apartemen lo kan, teman dekat gue." Ambar bersuara lagi. "Benua suka ke apart lo, ya?"

Asia memutar bola matanya malas. Mengapa orang-orang tidak fokus mengurusi urusan sendiri saja? Ia mendesah lelah. "Siapa lagi, sih?"

"Jadi kalian beneran pacaran?" Ambar berbisik.

"No." Mereka belum meresmikan hubungan apa-apa. Kalau Benua memang mau menyebut mereka sebagai sepasang kekasih, Asia mau-mau saja.

"How is he?"

"How is he gimana?" Asia tak mengerti maksud pertanyaan Ambar.

"Dia nggak jahat, 'kan?"

Pertanyaan aneh. "Lo kira antagonis sinetron. Nggak, lah."

"Well, itu pertanyaan paling penting. Gue nggak mau artis gue berhubungan sama asshole." Ambar terdengar serius. "Bagus, deh."

Gara-gara Ambar benar-benar tampak peduli padanya, Asia jadi melembut. "Baik is an understatement."

"Really? Syukur kalau gitu. Ada kelakuan aneh dia sebagai anak orang super kaya nggak?"

"Dia hampir mau bayar parkir pinggir jalan pakai QRIS atau debit."

"Ya kali." Ambar menatap kemeja kebesaran yang dikenakan Asia. "Lah, gue baru inget ini bajunya dia."

Benua & AsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang