25 | Benua

1.1K 187 7
                                    

Walau Benua memanggil Eric dan Kaluna dengan nama, pasangan itu tetap terasa seperti figur orang tua kedua untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walau Benua memanggil Eric dan Kaluna dengan nama, pasangan itu tetap terasa seperti figur orang tua kedua untuknya.

Mereka tak pernah membahas ini, tetapi Benua tahu Eric maupun Kaluna juga memandangnya sebagai pengganti Sagen.

Eric masih sama seperti yang Benua ingat ketika mereka berpelukan dan saling menepuk punggung di kediaman Alano. Hairline Eric semakin mundur setiap waktunya, jadi dia memangkas rambut sampai tak tersisa sekalian sejak beberapa tahun lalu. Eric tidak setegap Samudra, tetapi dia tetap tampak fit di usianya. Dia suka ikut marathon. Di setiap negara yang dikunjunginya, Eric bakal mengikuti event marathon yang berlangsung.

Di Boston, mereka berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan Inggris. Semaunya Benua dan Eric.

"How's Australia?" tanya Benua.

"Oh, it was fun. Akhir musim seminya menyenangkan." Eric membalas sambil mengupas jeruk. "How about you? Loving Indonesia so far? Samudra tidak menjawab ketika saya tanya pertanyaan itu, katanya tanya langsung saja."

Samudra masih mengenakan setelan kantor tanpa jas, dia menyandarkan punggung pada sofa dan mengangkat bahu.

"It's lovely here, tapi tidak ada musim gugur di sini."

"Obsesi kamu dengan daun-daun musim gugur itu menarik, tidak tahu asalnya dari mana."

Benua tahu.

Dalam penerbangan panjang meninggalkan Indonesia di usia remajanya, Samudra memberikan buku jurnal berisi dried leaves dengan informasi dan keterangan setiap daun. Ada nyaris seratus halaman dan Benua membacanya bolak-balik tanpa bosan.

Benua ingat tangan Samudra mengelus kepalanya, dengan tatapan penuh minta maaf dan penyesalan.

"Maafkan Papa, ya." Entah sudah berapa kali ayahnya itu mengatakan kalimat yang sama.

"Bukan salah Papa." Benua berhenti membaca halaman favoritnya, daun maple. Ia suka bentuk dan warna oranyenya. "Di Boston ada daun ini nggak, Pa?"

Samudra mengerjap. "Ya. Mereka juga punya empat musim, Ben. Kalau kamu suka lihat banyak daun berguguran, you'll love fall season."

"I think so. Aku mau bikin journaling daun juga." Benua memandang sampul buku di tangan. "Kalau sudah selesai, Papa dan Mama mau baca?"

"Tentu, Ben. Yours probably better than this one."

"Aku mau kumpulkan lebih banyak daun. Yang oranye."

Kegiatan mengumpulkan dedaunan dan journaling ditemani alat tulis dan berlembar-lembar kertas menjadi obsesi Benua untuk beberapa bulan awalnya di Boston. Samudra benar, Benua suka musim gugur. Dedaunan kering itu mengingatkannya dengan comfort dan kasih sayang yang ditawarkan ayahnya.

Benua & AsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang