10. Dedek Bayi

105K 6.8K 752
                                    

[Part 9 di-private]

Mobil yang dikendarai oleh Gio memasuki sebuah perumahan, terus melaju melewati deretan rumah yang tersusun rapi hingga berhenti di sebuah rumah yang terbilang mewah.

Gio membangunkan Mel yang tertidur. Mengecup kelopak mata Mel yang masih terpejam. Saat Gio menarik kembali kepalanya, perlahan mata Mel membuka.

"Udah sampe, Ma."

Mel memerhatikan sekitar. Benar, dirinya sudah sampai di tujuan. Gio keluar dari dalam mobil, membukakan pintu untuk Mel.

Mel terus memegangi perutnya yang terasa sakit. Bayi yang berada di dalam kandungannya menendang-nendang. Gio yang menyadari Fiqa yang masih berada di pangkuan istrinya, segera mengangkat tubuh kecil anaknya.

Fiqa yang masih mengantuk tidak terima diangkat begitu saja. "Mama, bobo." Fiqa merengek.

Gio berusaha menenagkan Fiqa yang berada di gendongannya.

"Dedeknya nendang perut Mama." Mel memberitahu Fiqa.

Fiqa yang masih merengek pun membulatkan matanya. Dirinya ingin menyentuh perut mamanya. Fiqa meletakan tangannya di atas perut Mel yang sudah terlihat sedang mengandung. Dirinya tertawa saat merasa ada sesuatu yang memukul perut mamanya dari dalam.

"Papa?" Mel mendongak.

Gio mengalihkan pandangan dari Fiqa ke wajah istrinya. "Kenapa?"

Mel memberikan kode kepada Gio supaya membangunkan Qila. Gio pun mengangguk. Qila yang tertidur di belakang Mel dengan posisi kepalanya bersandar pada jendela mobil, membuat Gio harus memutar ke bagian kanan mobil hanya untuk bisa membangunkan anaknya.

"Qila, bangun." Gio menepuk pelan tubuh Qila. Dirinya sudah duduk di samping anaknya.

Qila membuka matanya secara perlahan.

"Ayo, turun. Udah sampe." Gio mengusap daerah sekitar mata Qila yang terlihat sembap.

Qila menepis tangan papanya dan berkata, "aku gak mau temenan sama Papa."

Mel yang melihat reaksi Qila pun bertanya, "kenapa? Kamu marah sama Papa?"

Qila mengangguk, mengalihkan pandangannya supaya tidak melihat wajah papanya.

"Kaki fungsinya buat jalan. Bukan buat nendang orang lain." Gio

"Gak sengaja." Qila berucap pelan.

Gio terus menatap Qila meski anak itu tidak sedikitpun menengok ke arah papanya.

"Qila, liat. Tangan aku ditendang sama dedek dong." Dengan rasa bangga, Fiqa memberitahu Qila supaya anak itu merasa iri. "Kamu gak ngerasain."

Qila yang sudah kesal dengan kembarannya sejak tadi pun berteriak, "kamu berisik banget sih! Ngomong mulu dari tadi! Ketawa terus kayak orang gila! Kamu-"

Gio menampar mulut Qila. Menghentikan ucapan anak itu.

"Lanjutin omongan kamu." Perintah Gio dijawab gelengan kepala oleh Qila.

Fiqa yang kaget oleh bentakan Qila dan kesal dikatai seperti orang gila pun menangis.

"Liat!" Gio menunjuk Fiqa yang sudah menangis di hadapan Mel. "Fiqa nangis gara-gara kamu!."

Qila menunduk takut.

"Terserah kamu mau marah sama Papa atau nggak." Gio turun dan membanting pintu mobil.

Gio mengajak Fiqa dan Mel supaya meninggalkan Qila di dalam mobil. Ajakan itu ditolak oleh Mel dengan alasan tidak tega. Tetapi Gio berhasil membujuk Mel dengan alasan supaya anaknya bisa menenangkan diri dan tahu di mana letak kesalahannya.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Место, где живут истории. Откройте их для себя