35. Hikmah

94.5K 6.6K 879
                                    

Di part sebelumnya ada beberapa yang komen kalau anak sekecil Qila gak mungkin dapet perlakuan kayak gitu di dunia nyata.

Sekarang, aku mau tanya.

Kalau kamu sendiri yang ngerasain kayak Qila di dunia nyata waktu seumuran dia, apa kamu masih bilang itu 'gak mungkin'?

Iya, cerita ini fiktif. Tapi ada beberapa adegan yang diambil dari kisah nyata my friends (pls jgn bahas ini karena kangcilok pribadi masih suka sedih kalau inget curhatan mereka)

Terakhir, buat yang ngerasa ini bukan cerita mendidik, gak usah dibaca😘

Selamat membaca! xxx

***

Pagi ini, Qila sedang duduk di salah satu kursi meja makan. Ia baru saja menyelesaikan hukumannya, mencuci pakaian dengan mesin cuci. Diperhatikannya tangan mamanya yang sedang membuat donat. Qila baru saja meminta dibuatkan donat oleh mamanya.

"Ma, aku mau yang keju." Qila menatap jejeran donat mentah di depannya.

"Belum juga mateng. Nanti kamu kasih keju sendiri, ya?" Mel tersenyum.

Senyuman mengembang di wajah Qila. Suatu kebanggaan baginya dapat membantu membuat donat.

"Tolong kamu cek di kulkas, ada kejunya, gak?"

Qila beranjak dari duduknya menuju pintu kulkas. Pandangannya memerhatikan isi kulkas, mencari keju kesayangannya.

"Ma, kamu ngapain di sini?" Gio memasuki dapur, melangkah mendekati istrinya. "Jangan beraktivitas di dapur sampe kamu selesai nifas. Lupa?"

Sudah sejak saat mendengar suara papanya, Qila bersembunyi di balik tubuh mamanya.

"Ada yang minta donat." Fokus Mel masih tetap pada adonan kuenya.

"Kamu bisa minta aku beli donat di luar. Gak harus kamu yang bikin." Gio menatap istrinya.

"Rasanya beda. Dia tau." Mel menutupi adonan kuenya yang sudah berbentuk bulat dengan lubang di tengahnya dengan kain basah.

Gio menghela napasnya. "Udah selesai? Masuk kamar aja, biar aku yang goreng."

Mel berdiri dari duduknya. Saat ingin melangkah, ia merasa ada yang menahannya. Ternyata Qila sedang menggenggam erat pakaian bagian belakangnya. Wanita itu merangkul pundak anaknya.

"Ikut Mama?"

Qila mengangguk. Pandangannya menatap dinginnya lantai. Jemari kakinya bergerak-gerak karena merasa tidak aman.

"Ayo." Mel membawa Qila ke dalam gendongannya. Sejak pagi tadi, wanita itu memang sangat perhatian pada anak pertamanya. Ia juga cenderung memenjakan anaknya yang satu itu.

"Ma, kamu beneran lupa sama peraturan aku atau emang mau aku hukum?" Gio menatap lekat istrinya.

Sejak Aji lahir, Gio melarang istrinya beraktivitas di dapur dan membawa beban berat sampai selesai nifas. Mel setuju dengan peraturan yang dibuat.

Mel memberanikan diri menatap suaminya. Ia hanya menatap suaminya tanpa berbicara. Seolah matanyalah yang berbicara. Gio menghela napasnya, dilihatnya pundak istrinya yang menjauh.

"Mama marahan sama papa?" Qila duduk di atas kasur. Di sebelahnya, ada Nadya yang menggendong Aji.

Mel tersenyum. "Nggak."

"Tapi, kata papa, papa mau hukum Mama." Qila menatap wajah mamanya. "Gara-gara aku ya, Ma?"

Masih dengan senyuman di wajahnya, Mel mengusap rambut anaknya. "Nggak, Sayang. Ini salah Mama."

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang