18. Berkunjung

80.1K 5.7K 219
                                    

"Papa! Qila tuh, Pa!" Suara teriakan yang disusul dengan tangisan pada pagi hari sudah menjadi hal yang lumrah bagi Gio dan istrinya.

"Kamu, mah bisanya bilang ke Papa doang." Qila menjulurkan lidahnya. "Lawan aku, dong."

Anak kecil itu kembali mengelitiki perut kembarannya. Membuat gadis kecil yang memiliki wajah serupa dengannya menggeliat karena geli.

"Papa! Mama!" Fiqa menangis semakin kencang, membuat Qila berhenti melakukan aksi jahilnya dan berlari meninggalkan ruangan. Ia sebisa mungkin terus bersembunyi sampai amarah kedua orangtuanya meredam.

Gio datang dari arah tangga. Menghampiri anaknya yang sedang menangis. "Kenapa?" Kedua tangannya mengusap jejak air mata Fiqa.

"Qila ngelitikin aku." Tangis Fiqa semakin pecah.

Qila yang masih bersembunyi di balik pintu menuju balkon yang terbuka pun dapat menyaksikan kembarannya yang menangis. Ia merasa ada rasa bersalah di dalam dirinya.

"Gak usah nangis." Gio merapikan poni dora anaknya yang terlihat berantakan. "Nanti Papa marahin."

Fiqa mengangguk. Setidaknya, papanya akan membalaskan rasa kesalnya pada Qila. Anak itu lalu meminta gendong pada Gio yang langsung berjalan menuju arah tangga karena sudah waktunya sarapan pagi.

Sebelum benar-benar menginjak anak tangga, Gio sempat berteriak, "Qila, donat buatan Mama udah mateng."

Qila suka donat.

Anak kecil itu langsung berlari dari balik pintu. Ia menuju dapur untuk langsung menyantap kue donat buatan sang mama.

"Mama, bikin donat, ya?" Qila melewati pintu dapur.

"Iya, tapi masih panas." Perempuan itu menduduki kursinya. "Makan dulu, Sayang."

Qila duduk di kursi miliknya yang berada di sebrang Mel. Di samping kiri Mel, sudah ada Fiqa yang masih dengan mata sembabnya.

"Qila," Gio berdeham, "kamu ngapain Fiqa?"

Dengan tampang tidak berdosa, Qila menunjukkan deretan giginya.

"Kamu iseng banget. Minta maaf sama Fiqa." Gio menatap Qila.

Qila langsung menagngguk dan turun dari kursinya serta berjalan menuju kursi milik Fiqa. Anak berpipi tembam itu menjulurkan jari kelingkingnya.

"Fiqa, maaf, ya?"

Fiqa yang menggeleng langsung ditegur oleh Gio. Dengan berat hati, Fiqa memaafkan Qila, membuat anak kecil itu mencubit pipi kembarannya.

"Papa, Qila nyubit aku." Fiqa kembai mengadu.

Qila langsung memeluk Fiqa yang masih duduk di kursinya. Membuat Fiqa yang masih kesal, tidak mau dipeluk langsung berteriak.

"Qila, makan dulu." Mel membuat Qila melepaskan pelukannya. Anak kecil itu langsung kembali ke kursinya.

"Mama, aku mau makan donat aja." Qila duduk di tempatnya.

"Nasi dulu." Mel masih sibuk mengambil makan untuk suaminya.

"Gak mau, Mama." Qila mendongak. Bibirnya ia majukan. Pipinya terlihat semakin tembam.

"Dikit aja nasinya. Nanti kalau donatnya udah dingin, baru makan donat." Gio menerima piring yang sudah berisi makanan dari tangan Mel.

"Janji ya, Pa?" Qila menatap Gio penuh harap. "Tapi, aku hias sendiri donatnya."

"Iya." Gio mengangguk. "Makan dulu nasinya."

"Ih, Mama. Ini kebanyakan." Qila memprotes.

Mel mengurangi nasi Qila. "Ini udah dikit, Sayang."

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now