61. Rakha

78.5K 6.8K 1.5K
                                    

Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Qila sudah bersiap untuk ikut Bunda dan Papanya pergi menuju Asrama Tentara. Katanya, Oma dan Opa sedang sibuk, sehingga tidak bisa menemui Bundanya.

Qila memakai celana berwarna putih selutut dengan atasan berwarna hijau. Ia juga memakai bandana berwarna hijau.

"Mama, baju tentara aku ke mana?" Ia menghampiri Mel yang sedang menyuapi Aji.

"Masih dikecilin."

Raut wajahnya berubah kecewa. "Kok lama banget? Aku kan mau ganti baju di sana."

Mel mengalihkan pandangannya pada Qila. "Mama kurang tau, Sayang. Coba tanya Papa."

Anak itu memajukan bibir bawahnya. "Mama aja."

"Iya, nanti Mama tanya kalau makannya Dedek udah abis."

"Wah, ada peri hijau." Nadya tersenyum tipis saat menyadari penampilan Qila yang serba hijau.

"Kan Tentara warna hijau."

Jawaban polos keponakannya mampu membuat Nadya terkekeh.

"Bunda, aku di sana punya temen. Nanti aku kenalin, deh."

"Siapa? Varrel?"

Pipi Qila bersemu merah. "Mama!"

"Duplikat papanya banget." Nadya tersenyum ketika mengingat masa-masa sekolahnya dulu. Gio selalu menjadi sesosok anak laki-laki yang dikagumi oleh kaum wanita.

"Aku juga kangen sama Oma."

"Opa nggak?"

Anak itu menggeleng. "Opa jahat sama Papa."

"Gak boleh ngomong kayak gitu, Opa kan papanya Papa. Jadi, pasti sayang sama Papa." Mel menasehati.

"Aku mau ke Fiqa, aja."

Anak itupun pergi ke dalam kamarnya. Dilihatnya Fiqa yang sedang menunjukkan ekspresi yang tak bersahabat.

"Aku gak mau ikut," ucapnya tiba-tiba.

"Ya udah." Qila terlihat tidak peduli.

Anak itu menoleh. "Kamu juga gak boleh ikut."

"Aku kangen sama Oma!" Qila berkacak pinggang.

"Pokoknya gak boleh!"

"Ya udah, aku pergi!" Anak itupun berlari keluar kamar.

"Qila!" Fiqa menangis. Ia merasa kesal dengan Qila yang selalu ingin pergi tanpa dirinya.

Anak itu pun berjalan keluar kamar dalam keadaan menangis. Mel yang masih bersama Aji di ruang bermain pun bertanya.

"Kafi, kenapa nangis?"

Dalam keadaan terisak, ia menjawab, "Qila tinggalin aku."

Anak itupun kembali berjalan menuju lantai bawah tanpa mempedulikan ucapan Mamanya.

"Papa, Qila mana?" tanyanya saat melihat Papanya yang sedang berjalan masuk ke dalam.

"Kenapa nangis?" Gio terlihat terkejut.

"Qila nakal." Anak itu semakin menangis.

"Qila di mobil. Ayo, sama Papa." Pria itu mengajak anaknya untuk keluar rumah.

Saat sudah berada di halaman depan rumah, dapat keduanya lihat Nadya yang sedang berbicara dengan seseorang yang berada di dalam mobil.

Gio berjalan mendekat. "Qila, kamu apain Fiqa?"

Pria itu membuka pintu mobil menjadi lebih lebar. Dilihatnya anaknya yang sedang memejamkan mata.

"Sekali lagi Papa tanya, kamu apain Fiqa?"

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang