70. Semangatnya Qila

84.9K 7.5K 435
                                    

Siang ini, Nadya sudah berada di rumah milik kakak kembarnya. Ia memang memaksa Avlar untuk mengizinkannya melihat kondisi para keponakannya. Beruntung, pria itu dapat mengerti.

"Qila marah sama Bunda, ya?"

Sejak tadi, Qila memang mendiamkan Bundanya. Ralat, anak itu menjadi lebih pendiam hari ini.

"Bunda harus apa, biar kamu gak marah lagi?"

Qila yang sedang melamun pun mulai berbicara. "Kemarin aku sakit, Bunda. Tidur di rumah sakit, tangan aku diinfus."

Nadya terkejut. Ia tidak mengetahui jika Qila sempat dirawat. Rasa panik yang sudah menyelimuti dirinya membuatnya meminta Avlar untuk segera membantu pencarian tanpa ingat untuk bertanya penyebab kepergian Mel dan ketiga anaknya.

"Tapi, Bunda gak dateng, tuh. Waktu Fiqa sakit di rumah aja Bunda dateng. Papa juga gak dateng. Aku cuma berdua sama Fiqa, Dedek diajak sama temennya Mama."

"Maafin Bunda." Suara Nadya terdengar lirih. Ia sangat merasa menyesal.

"Aku gak marah, Bunda. Kata Mama, dedek yang di perut Bunda gak boleh diajak pergi jauh. Zachra juga udah mau sekolah lagi, jadi Bunda sibuk. Aku gak boleh marah." Qila menatap wajah Nadya dan tersenyum.

Senyum yang justru terlihat menyakitkan bagi Nadya.

"Aku jadi gak sabar, pengin main sama dedeknya Bunda."

Nadya memeluk tubuh keponakannya dan mengecup kening anak itu.

"Kak Bintang cariin aku, gak?"

Teringat sesuatu, wanita itu membuka ponselnya dan menunjukkan sebuah gambar.

"Ada lomba menyanyi Bulan Desember nanti. Kamu mau ikutan? Masih ada waktu sekitar dua bulan lagi. Lombanya boleh main alat musik."

Wajah Qila berubah ceria. Sejak ia bisa bermain piano, ia selalu ingin mengikuti sebuah perlombaan hanya untuk bisa mendapat sebuah gaun buatan Papanya. Tidak peduli ia menang atau kalah.

"Ayo, Bunda. Kita latihan sama Kak Bintang hari ini!"

Melihat semangatnya Qila, membuat Nadya tertawa kecil. Entah mengapa, ia merasa bahagia jika melihat senyum pada wajah anak itu.

"Kak Bintang masih di rumahnya. Kamu masih sakit, kita gak bisa latihan sekarang."

Qila memajukan bibir bawahnya. "Aku udah sembuh. Kita ke rumahnya Kak Bintang aja, Bunda."

Nadya menghela napasnya. "Tunggu, Bunda izin ke Papa dulu, ya."

Refleks, Qila menahan lengan Nadya. Ekspresi wajahnya berubah takut. "Gak jadi, deh Bunda. Kapan-kapan aja latihannya."

Kening Nadya mengkerut. "Kenapa?"

"Gak apa-apa."

"Ya udah, Bunda kasih tau Papa kamu dulu." Wanita itu kembali menatap layar ponselnya.

"Nanti aku dipukul Papa!" Qila menatap kesal.

Nadya semakin bingung. Apa mungkin, Gio kembali memukul Qila? Bukankah pria itu telah berjanji untuk tidak akan memukul anak-anaknya lagi? Apakah ini adalah alasan mengapa Mel meninggalkan rumah tanpa meninggalkan jejak?

"Iya, Bunda gak jadi kasih tau Papa." Nadya tersenyum, mencoba menenangkan Qila.

Belum sempat ia bertanya lebih lanjut, Fiqa yang sudah menggunakan pakaian santai, menghampiri.

"Qila, ayo makan!"

"Loh, kamu udah pulang?" Nadya melirik jam tangannya.

Fiqa mengangguk. "Aku udah minta Ibu masak buat Qila."

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now