31. Berita Duka

91.5K 6.6K 596
                                    

Nadya kembali menjalankan rutinitas paginya. Mulai dari membuat sarapan hingga mengantar anak dan keponakannya sekolah.

Qila sangat bahagia. Ia membawa paper bag berisi squishy untuk Fiqa. Tak lupa, ia juga membawa akuarium kecil yang berisi tujuh kura-kura miliknya. Awalnya, Avlar tidak mengizinkan anak itu membawa peliharaannya. Namun, bukan Qila namanya jika tidak pandai merayu.

Senyuman tetap menghiasi wajah Qila saat anak kecil itu masuk ke dalam kelasnya. Ia duduk di tempatnya. Menanti Fiqa yang seharusnya sudah datang.

Bel masuk sekolah berbunyi. Disusul dengan seorang guru wanita yang memasuki kelas. Fiqa belum juga datang. Qila merasa panik. Ia menghampiri guru yang sudah duduk di tempatnya.

"Bu guru, kenapa udah masuk?" tanyanya dengan polos.

"Ini udah jam tujuh." Wanita itu tersenyum.

"Tapi Fiqa belum dateng, Bu." Perasaan Qila tidak enak.

"Kita tunggu aja, ya. Sepuluh menit lagi."

Qila mengangguk setuju. Ia kembali ke tempat duduknya yang berada di barisan paling belakang.

Anak kecil itu panik saat menyadari paper bag yang ia taruh di atas meja sudah tidak ada. Pasti ini ulah teman lelakinya.

"Qila, kamu nyari ini?" Seorang bocah laki-laki menggoyang-goyangkan paper bag milik Qila.

Anak laki-laki itu bernama Ahsan. Ia selalu senang menganggu anak perempuan kelasnya. Apalagi yang mudah menangis.

"Kembaliin! Itu bukan punya kamu!" Qila berkacak pinggang.

"Qila, ada apa?" Guru di kelas itu bertanya dari tempatnya.

"Ahsan ambil tas kertas punya aku, Bu." Qila mengadu.

"Payah, bisanya ngadu." Ahsan menyobek tas kertas milik Qila.

"Jangan!" Qila menghampiri Ahsan. Namun, ia telat. Tas kecil itu sudah disobek.

"Yah, udah sobek." Ahsan menunjukan wajah jahilnya. "Eh, ada squishy-nya. Siapa yang mau?" Bocah itu hendak melempar squishy ke sembarang arah.

"Itu bukan punya kamu!" Qila berteriak. Ia tidak bisa menggapai squishy milik Fiqa yang berada di tangan Ahsan.

Qila menarik tubuh laki-laki itu dengan kuat hingga anak itu tersungkur jatuh. Tangan kecil Qila berada di kedua bahu Ahsan.

"Kenapa kamu gangguin aku terus?!" teriak Qila. "Aku gak pernah gangguin kamu!"

Ahsan terkejut. Selama ini, Qila tidak pernah membalas perlakuannya. Namun, ia tidak tahu seberapa besar perjuangan Qila untuk mendapat squishy itu.

Tangan kanan Qila sudah berada di rambut Ahsan dan menariknya sekuat yang ia bisa. Kebetulan, bocah itu belum merapikan rambutnya yang sudah memanjang.

Ahsan mendorong Qila hingga kepala anak itu terkena ujung meja. Meski keningnya terasa sakit, Qila tetap tak menyerah. Ia menyusul Ahsan yang sudah berdiri. Qila menendang tubuh Ahsan. Tangan kanannya yang terkepal memukul pipi bocah laki-laki di hadapannya.

"Kenapa kamu rusakin tas aku?!" Qila menggoyang-goyangkan tubuh Ahsan dengan sisa tenaganya.

Ahsan merasa takut dengan Qila. Ia pun menangis.

"Aku nanya! Bukan nyuruh kamu nangis!"

"Qila! Ahsan!" Seorang guru wanita menghampiri keduanya. Bukan. Ini bukan guru yang pertama tadi. Guru yang pertama, entah sedang berada di mana.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now