64. Janji yang Diingkari

97.5K 7.5K 2.1K
                                    

Siang ini, Qila dan Fiqa sudah berada di meja makan untuk makan siang. Aji yang duduk di kursi khususnya juga sudah berada di dekat Qila. Tata masih menyiapkan makan siang untuk bayi itu.

Karena merasa bosan, Fiqa pun mengetukkan sendok dan garpunya secara bergantian pada piring hingga menimbulkan bunyi.

"Pi!" Aji menggelengkan kepalanya.

Qila menoleh pada Aji, kemudian menatap kembarannya. "Jangan berisik, Fiqa."

Fiqa menopang pipinya dengan satu tangan. "Mama masaknya lama."

"Sabar, ini udah dibantu sama Ibu," jawab Mel.

Mengingat sesuatu, Qila menghampiri kembarannya dan berbisik. "Kenapa Mama gak kerja?"

"Mana aku tau. Kamu tanya aja."

Anak itu menggelengkan kepalanya. "Kamu aja."

Fiqa menatap kembarannya. "Yang penting Mama di rumah. Gak usah ditanya."

Qila pun mengangguk dan kembali ke tempat duduknya. Apa yang dikatakan oleh Fiqa, ada benarnya.

Tak lama kemudian, Mel menghampiri Aji dengan semangkuk kecil makanan yang telah disiapkan oleh Tata. Ia akan menyuapi bayinya. Tata dan Dita pun meletakkan beberapa makanan yang baru matang ke atas meja.

"Ibu sama Kak Tata, makan bareng aja," ucap Mel ketika sudah mulai menyuapi Aji.

"Mama, ambilin." Fiqa menunjukkan ekspresi memohonnya.

"Minta tolong Ibu atau Kak Tata dulu, Sayang. Kalau Mama berhenti, Dedek nangis. Kasian, udah laper."

"Maunya sama Mama."

Mel menghela napasnya, ia pun berdiri dan mengambilkan makan untuk anaknya.

"Qila juga Mama ambilin?" Ia menatap anak pertamanya.

Anak itu hanya memgangguk.

Tepat saat wanita itu ingin mengambilkan lauk untuk Qila, Aji menangis. Bayi itu merasa kesal karena tak kunjung disuapi. Hal itu membuat Mel meletakan piring Qila dan beralih pada bayinya.

Lagi-lagi, Qika merasa kecewa. Ia cukup sadar diri untuk mengalah pada adiknya. Terpaksa ia harus mengambil makanannya sendiri.

"Dedek enak, ya. Disuapin Mama. Nangis aja masih disayang Mama. Aku pengin jadi Dedek."

Sungguh, Qila tidak menyadari jika suaranya terdengar oleh semua orang.

Tata pun menghentikan makannya. "Qila, bisa? Mau Kakak suapin?"

Anak kecil itu menggeleng. "Aku udah besar, Kak."

Mel memberikan mangkuk milik Aji pada Tata. Ia pun mengambil piring yang berada di hadapan Qila.

Anak kecil itu mendongak. "Kenapa diambil, Mama?"

"Mama suapin." Wanita itu tersenyum.

"Aku kan udah besar. Nanti Papa marah."

Mel berpura-pura sedih. Ia pun menghampiri Aji dan berkata, "Mama mau suapin Kaela, Dek. Tapi, Kaela udah besar. Jadi Mama gak boleh suapin lagi, deh."

Aji berceloteh dengan bahasanya.

"Iya, kayaknya Kaela malu kalau disuapin Mama. Sedih, deh Mama." Mel memajukan bibir bawahnya.

Mendengar itu, Qila menggeser piringnya ke hadapan Mamanya.

"Aku mau kok disuapin Mama. Tapi, Mama gak boleh sedih."

Lebih baik ia dimarahi oleh Papanya daripada harus melihat Mamanya bersedih.

Mel tersenyum. Ia pun mulai menyuapi anak pertamanya hingga nasi di piringnya habis tak bersisa. Bahkan, anak kecil itu meminta nambah sebanyak dua kali.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now