68. Berubahnya Fiqa

82.3K 6.9K 507
                                    

"Dokter Maura, mau saya bantu?"

Seorang pria yang juga menggenakan jas berwarna putih, menghampiri Mel yang sedang membuat makan malam untuk Aji.

"Eh? Gak usah. Makasih, Dok." Wanita itu tersenyum. Tangannya begitu lincah memotong beberapa sayuran.

"Ra, gue perhatiin, lo gak pernah mau dibantu sama cowok di rumah sakit ini," ucap Rani yang sedang menggendong Aji.

"Kenapa? Aji nyariin, ya?" tanya Mel yang terkejut melihat kehadiran anak dan temannya.

Rani mengangguk. "Jawab dong, Ra. Jangan ngalihin pembicaraan gitu."

"Biasanya emang gini. Kalau gak genting banget, gak minta tolong cowok." Wanita yang masih mengenakan jas putihnya itu menyalakan kompor.

Rani berdecak. "Disuruh Kak Gio?"

Mel menggelengkan kepalanya. "Gue cukup sadar diri aja. Udah punya suami."

"Padahal Papa kamu suka nyebelin, Ji. Masih aja dipikirin. Kalau Tante, sih udah nikah lagi." Wanita itu menatap wakah Aji, seolah mengajak bayi itu bicara.

Bayi itupun berceloteh. Membuat Rani merasa gemas.

"Kamu cepet besar, biar bisa jagain Mama dari Papa kamu, ya."

Aji tertawa.

"Ran, jangan ajarin yang aneh-aneh! Bayi gue, tuh." Mel terlihat kesal.

"Yuk, Ji. Kita ke kamarnya Kaela aja. Bye Mama!" Dengan langkah cepatnya, wanita itu meninggalkan Mel.

Diam-diam, Mel berpikir. Apa salah, jika ia menjaga perasaan Gio? Meski banyak kekurangan pada diri pria itu, ia adalah pilihannya.

***

"Bunda masih di jalan?"

Pertanyaan itu tertuju pada Mel yang baru saja masuk ke dalam ruang inap anaknya. Dilihatnya Fiqa yang sedang berbincang dengan Rani.

"Qila." Mel menghela napasnya.

"Aku udah empat hari di sini. Bunda gak dateng juga, tuh. Masa dari kemarin gak nyampe juga."

Qila merasa sebal. Dua hari yang lalu, ia sempat menanyakan keberadaan Bundanya. Namun, Mel berkata jika wanita itu masih di jalan. Karena kondisinya yang masih terasa lemah saat itu, Qila memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut.

Seorang dokter dan suster memasuki ruangan. Ia tersenyum ramah pada semua orang yang berada di dalam.

"Ibu, bisa tunggu di luar dulu, ya," lanjutnya.

Rani pun mengajak Aji dan Fiqa untuk keluar ruangan. Disusul oleh Mel.

"Maunya sama Mama!" Qila mulai menendang ke segala arah, membuat kasurnya berantakan.

Wanita yang sudah melepas jas putihnya, kembali masuk ke dalam ruangan. "Sebentar aja, masa sama Mama? Gak malu sama Bu Dokternya?"

"Aku cabut."

Lagi, Qila memberi ancaman akan mencabut infus di tangannya.

"Jangan!" Mel menahannya. "Kamu kenapa, sih?"

Semenjak dirawat, Qila berubah menjadi manja. Mulai harus disuapi oleh Mel hingga ditemani oleh wanita itu ketika dokter akan memeriksanya.

Tiba-tiba, Qila menangis. Ia merasa kesal karena ditanya oleh Mamanya.

Refleks, wanita itu memeluknya. "Iya, ditemenin Mama."

Qila terus melamun. Ia sangat menyayangi Mamanya yang tidak membawa ponsel, membuatnya tidak bisa berkomunikasi dengan Bunda.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang