21. Perasaan

90.5K 6.1K 812
                                    

[Part  20 di-private]

"Mama?" panggil Qila.

Mel menoleh ke arah anaknya. "Kenapa, Nak?"

"Kok, daritadi Mama diemin Papa, sih?" tanya Qila dengan bingung.

Mel menunjukkan ekspresi bingungya. "Loh, Papa ngomong apa? Mama, gak denger. Kirain ngomong sendiri."

Gio kembali mengusap wajahnya. Ia tahu jika istrinya marah. Dirinya menyesal telah membuat istrinya marah.

"Qila?" Pria itu memanggil nama anaknya.

Qila menengok. Jantungnya berdegup kencang. Ia takut akan kena marah oleh papanya. "I-iya, Pa?"

"Tadi, kamu pulang sekolah sendiri, ya?" Gio merangkul pundak anaknya.

Anak kecil yang kini rambutnya dibiarkan terurai pun mengangguk takut.

"Kenapa gak tunggu Papa?" Gio bertanya dengan lembut.

"A-aku takut di sekolah sendiri, Pa."

Gio merangkul Qila. "Besok, gak boleh pulang sendiri lagi, ya? Kalau mau pulang sendiri, harus izin dulu sama mama atau Papa."

Qila mengangguk. "Iya, Pa."

"Terus, kamu bisa nyebrang jalan?" Gio bertanya dengan lembut.

Qila mengangguk antusias.

"Gimana cara nyebrangnya?"

"Pas di depan sekolah, aku disebrangin sama mamamya temen aku. Terus, pas mau nyebrang ke perumahan rumah kita, aku nyebrang sendiri. Tangan aku kayak gini," Qila merentangkan kedua tangannya, "terus aku tengok kanan sama kiri, aku lari, deh." Qila menunjukkan deretan giginya.

"Kalau nyebrang, jangan lari, Sayang." Mel yang masih menyuapi Fiqa pun ikut berbicara.

"Oh, ya?" Gio menanggapi dengan antusias. "Keren banget anak Papa."

Qila tersenyum senang. "Iya, dong!"

Gio memeluk Qila dengan erat. Anak kecil itu kini merasa senang karena mendapat pujian.

"Maaf, ya. Tadi, Papa marah. Papa panik, takut kamu diculik atau diapa-apain sama orang jahat. Jangan bikin Papa atau Mama panik lagi, ya." Gio mengecup puncak kepala anaknya.

Qila mengangguk. "Maaf, ya, Papa."

"Iya, Sayang." Gio mengusap rambut panjang anaknya.

"Fiqa, minum obat dulu." Suara Mel membuat Qila melepaskan pelukannya. Ia ingin membantu kembarannya meminum obat.

"Papa, kasur aku sama Fiqa bisa disatuin, kan?" Qila menatap papanya.

"Bisa. Mau disatuin?" Gio bertanya memastikan. Anggukan Qila menjadi jawaban.

Gio memerintahkan Qila dan Mel supaya naik ke atas kasur. Ia memindahkan meja kecil pemisah dua kasur anaknya ke dekat meja belajar. Kemudian, ia menyatukan dua kasur milik anaknya.

"Kenapa minta disatuin?" Mel bertanya pada Qila.

"Aku mau bobo bareng sama Fiqa. Biar cepet sembuh." Anak kecil itu sedang mencari pakaian di dalam lemarinya.

Qila terus mencari pakaiannya yang serupa dengan yang sedang Fiqa pakai. Ia terus menyari dengan teliti tumpukan pakaian di hadapannya. Saat ia berhasil menemukannya, ia segera mengambil pakaian itu dan memakainya.

Anak kecil berpipi tembam itu menghampiri kembarannya. Ia naik ke atas kasur dan memeluk kembarannya yang sedang berusaha memejamkan mata.

"Mama, Qila, Ma." Fiqa berucap dengan suara yang terdengar lemah dan serak. Ia tidak suka dengan Qila yang memeluknya begitu erat.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang