71. Isi Hati

88.4K 7.7K 853
                                    

Pagi ini adalah hari pertama Qila masuk sekolah setelah lebih dari satu minggu izin karena sakit. Sejak tadi, ia terus tersenyum. Ia begitu senang karena bisa kembali bersekolah. Apa lagi, saat ini ia sedang berjalan bersama Papanya menuju gerbang dalam sekolah. Meski ia merasa aneh dengan perubahan pria itu yang belakangan ini sering bertanya kabar tentangnya, namun ia tetap merasa senang.

"Qila!"

Anak yang menggunakan atasan batik itu menoleh. Dilihatnya Rakha yang berlari mendekatinya. Langkahnya pun terhenti.

"Kamu kenapa gak masuk sekolah?" Anak laki-laki itu menatap lekat wajah Qila.

"Sakit."

Gio merasa terkejut dengan pakaian milik anak laki-laki itu yang sangat mirip dengan milik anaknya.

"Ini Papa kamu, ya?" Rakha menatap wajah pria yang kini berada di hadapannya.

"Iya."

Seorang wanita mendekat. "Qila udah sehat? Kemarin-kemarin Rakha ngambek terus gak ada kamu di sekolah. Udah Tante kasih tau kalau kamu sakit, dia gak mau percaya."

Anak kecil itu mengangguk. "Udah. Rakha kenapa gak jenguk aku?"

"Aku kira Mama bohong kalau kamu sakit." Anak laki-laki itu menunjukkan deretan giginya.

Suara bel yang terdengar membuat Rakha berlari masuk ke dalam gedung sekolah. Meninggalkan Qila yang masih bersama dengan Papanya.

"Qila, kalau ada temen cowok yang mau sentuh kamu, jangan boleh, ya," ucap Gio.

Meski merasa bingung, anak kecil itu tetap menganggukkan kepalanya.

"Qila, ayo masuk!" teriak Rakha yang baru menyadari jika ia meninggalkan temannya.


***


Sore harinya, Mel meluangkan waktu untuk bermain dengan anak-anaknya di halaman belakang rumah. Qila begitu senang karena diperbolehkan masuk ke dalam kolam ikan, membuat Aji yang berada di pangkuan Mel terus berteriak memanggil nama sang kakak.

"Mama, aku mau main ini." Fiqa datang dengan sebuah kotak yang berisi berbagai macam mainan yang jarang ia mainkan.

Raut wajah Mel terlihat terkejut. "Aduh, itu udah mama masukin kardus. Kenapa kamu keluarin lagi? Main yang ada aja."

"Aku mau main, kenapa dimasukin kardus?" Anak kecil itu terlihat sebal.

Wanita itu tersenyum. "Mainan yang di kardus, buat dimainin di rumah nenek. Sebentar lagi, kita pindah ke rumah nenek."

Sontak, Fiqa berteriak, "Asyik! Kita pindah ke rumah Nenek!"

Qila yang kini bajunya sudah basah, menghampiri. "Kenapa pindah? Nanti rumah ini siapa yang tempatin?"

"Papa kan di sini."

Anak kecil itu merasa bingung. "Kenapa gak diajak? Emang kita gak sama Papa lagi?"

Mendengar pertanyaan itu, Mel terdiam. Merasa bingung harus menjawab apa. 

"Qila, bajunya udah basah. Ganti baju dulu, yuk. Nanti sakit, lho." Wanita itu berdiri.

Mendengar kata sakit, entah mengapa terasa sensitif bagi Fiqa. Anak itupun menarik paksa kembarannya untuk masuk ke dalam rumah dan berganti baju.

Sejujurnya, Qila masih merasa bingung atas perkataan yang dilontarkan oleh Mama. Apa ia akan berpisah dengan Papa? Tapi mengapa? Mengapa harus di saat ia sedang merasa senang dengan Papa yang berubah baik?

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now