51. Surat Panggilan

85.3K 6.3K 1.3K
                                    

[Part 50 di-private]

Sore itu, Qila terbangun dari tidurnya. Ralat, ia tidak tidur. Meski tubuhnya merasa lelah karena aktivitas di sekolah, matanya tidak bisa diajak kompromi. Pikirannya terus terpaku pada surat pemberian dari Sally pagi tadi. Wanita itu bilang, ia harus memberikannya pada mama atau papa.

Surat itu berada dalam amplop putih yang di depannya tertera logo khas sekolahnya. Namun, perkataan Risya pagi tadi, membuat hatinya bimbang.

"Qila, itu surat panggilan orangtua? Kata kakak aku, kalau dapet itu, berarti nakal."

Tidak.

Risya pasti berbohong.

Atau, bisa jadi itu bukan surat panggilan orangtua. Karena, Qila bukan anak yang nakal.

Anak kecil itu mengambil surat yang ia simpan di dalam tasnya. Dilihatnya Fiqa yang masih terlelap dengan nyenyak di kasurnya. Apa anak itu tidak tahu jika kembarannya sedang merasa galau?

Qila berjalan menuju kamar kedua orangtuanya. Diketuknya pintu kamar bercat putih di depannya. Tak lama, ada Mel yang membukakan pintu.

"Mama baru pulang, ya?" tanya anak berpipi tembam itu.

"Udah daritadi." Wanita itu tersenyum. "Mau minta apa?"

Kedua mata Qila melirik ke arah kasur. Di sana, ada orang yang sangat ia rindukan, Aji. Ia sangat merindukan tawa bayi itu, tangan mungilnya yang tak jarang merusak squishy-nya. Buru-buru ia menggeleng, tidak seharusnya ia berpikir seperti ini. Jika di dekatnya, Aji akan terluka.

Mel yang sejak tadi memperhatikan, tersenyum sendu. "Masuk aja."

Wanita itu terduduk di atas kasur. Membuat Qila mengikutinya.

"Ini dari Bu Guru Sally. Katanya, buat Mama." Anak kecil itu memberikan amplop putih yang berada di tangannya.

"Apa ini?" Masih dengan senyuman di wajahnya, Mel membuka amplop itu. Tangannya mengambil sebuah kertas di dalamnya.

Kedua matanya memincing saat membaca bait pertama pada selembar kertas di tangannya.

"Surat Panggilan Orangtua," ucapnya dengan suara yang lebih terdengar seperti cicitan.

Jantung Qila berdegub cepat. Pikirannya kembali terngiang tentang apa yang diucapkan Risya pagi tadi.

"Aku gak nakal, Mama." Kedua mata Qila menatap lekat ke arah wajah Mel.

Mengabaikan sang anak, wanita itu kembali melanjutkan membaca surat di tangannya.

Dengan Hormat, Sehubungan Anak Bapak/Ibu Orangtua Wali Murid bernama Aqeela Myiesha Alvarendra telah melanggar tata tertib sekolah.

Di antaranya:

1. Tidak memakai ikat pinggang selama lebih dari satu bulan.
2. Berkelahi dengan teman satu kelas.

Mel terpaku pada tulisan berwarna hitam itu. Pikirannya mulai membayangkan berbagai macam alsan mengapa anaknya sampai berkelahi dengan temannya. Untuk alasan nomor satu, wanita itu merasa menyesal.

Tanpa berkata-kata lagi, ia langsung menarik anaknya ke dalam pelukan. Air matanya mulai menetes dengan sendirinya.

"Mama, Maaf. Aku gak mau dihukum sama Mama. Sama Papa juga."

Suara Qila mulai bergetar.

"Gak apa-apa. Nanti Mama yang datang. Gak usah nangis." Mel mengecup lembut puncak kepala anaknya. "Gak usah nangis lagi, ya."

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Where stories live. Discover now