41. Asrama Tentara

83.4K 6.2K 929
                                    

Part ini dibuat dengan sedikit riset tentang Asrama TNI. Belum pernah ngerasain secara langsung tinggal di Asrama, apalagi sampe ikut acara kegiatannya. Cuma denger cerita saudara aja, hehe.

So, kalau ada kesalahan mohon dikoreksi dan dimaklumi.

Selamat membaca😂

***

Pagi ini, Qila dan Fiqa sudah bangun sebelum matahari terbit. Mereka akan ikut Opa dan Omanya kunjungan di salah satu Asrama. Untuk menghindari kemacetan di hari libur, Opa meminta berangkat sebelum waktu menunjukan pukul lima lewat tiga puluh menit.

Seorang wanita mengetuk salah satu pintu kamar yang berada di lantai atas. Tak lama kemudian, pintu itu terbuka.

"Lho, Umi mau ke mana?" Wanita lain yang membuka pintu kamar nampak terkejut.

"Mau ke asrama. Umi pamit, ya. Bawa anak-anak. Semuanya udah disiapin. Tenang aja." Wanita yang berada di luar kamar tersenyum.

"Loh, kirain semalem Abi bercanda." Raut wajah Mel terlihat terkejut.

"Mana ada Abi bercanda, aku udah bilang semalem, kan?" Gio yang masih terduduk di atas kasur, menimpali. "Kalau anak-anak nakal, marahin aja, Mi. Jangan dimanjain."

"Kamu, nih. Udah dimarahin Abi juga, masih aja." Oma merapikan pakaiannya. "Ya udah, Umi pergi dulu, ya."

Setelah Gio dan Mel mengecup tangannya, wanita itupun pergi meninggalkan kedua anaknya.

"Abi kalau marah serem juga, ya." Mel menutup pintu kamar.

"Serem mana sama aku?" Gio menunjukan senyuman jahilnya.

"Serem kamu, bagi Qila." Wanita dengan pipi tembam itu kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Pernyataan itu membuat Gio merenungkan ucapan istrinya.

***

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kini mobil hitam yang dikendarai oleh sopir pribadi Opa telah sampai di sebuah Asrama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Nuansa serba hijau terlihat di setiap penjuru. Banyak penghuni asrama yang menyambut kehadiran mobil milik Opa.

Di dalam mobil, Qila dan Fiqa masih tertidur pulas. Keduanya seperti tidak terganggu dengan keramaian yang sedang terjadi. Hingga Opa dan Oma turun dari mobil, anak kembar itu tetap dibiarkan tertidur di dalam dengan kondisi mesin mobil yang dibiarkan menyala.

Tak lama kemudian, Fiqa terbangun. Raut wajahnya terlihat takut. Ditinggalkan berdua dengan kembarannya di dalam mobil berhasil membuatnya merasa panik.

"Qila, kita di mana? Kok Oma sama Opa nggak ada?" Fiqa terus memerhatikan sekitar. Dirinya semakin panik saat menyadari kembarannya yang tidak memberi respon.

"Qila! Kamu kenapa?!" Kedua tangan kecilnya mencoba menggoyangkan tubuh kakak kembarnya. "Bangun, Qila!"

Senyuman terukir di wajah Fiqa saat tubuh Qila bergerak. Anak kecil berpipi tembam itu megucak kedua matanya. "Apaan, sih! Berisik!"

Kedua mata Fiqa sudah berair. Apa Qila tidak tahu jika ia mengkhawatirkan dirinya?

"Nangis, ya?" Setelah bertanya, Qila langsung memeluk adik kembarnya. "Jangan nangis. Nanti aku dimarahin Papa."

"Kamu marahin aku terus, La." Fiqa mengusap jejak air matanya.

"Maaf, ya." Qila mengecup pipi sang adik.

Pintu mobil terbuka, membuat tubuh Oma terlihat.

"Kita turun, yuk. Di sini udaranya sejuk."

Sepasang anak kembar itu menurut. Keduanya berjalan dengan santai seraya memerhatikan lingungan sekitar.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang