Lima

14.4K 1.3K 82
                                    

Maaf telat update, karena kemarin ada beberapa masalah, diusahain update cepat deh.

Budayakan tekan ⭐ setelah membaca.

Happy reading

***

"Kak!"

"Kak!"

"Kak!"

"Hmm."

"Kak!"

Si sulung menghela nafas panjang "Kenapa, sayang?" ucap kakaknya berusaha untuk lembut di tengah kekesalannya.

"Gakpapa."

Lagi. Ini sudah kesekian kalinya Devan harus menahan kekesalan pada adik kesayangannya ini, alasan ia tidak mau menjawab panggilan Ana karna ia tau, adiknya itu hanya mengusilinya saja.

"Kak!"

"Kak!"

Devan meletakkan laptop yang sedari tadi berada di pangkuannya ke  atas meja.

Lalu ia menarik Ana ke pelukannya. Devan tau adiknya bosan, Ana memang tidak suka suasana yang sepi, ia menarik Ana untuk duduk dipangkuannya, mencoba mencari topik pembicaraan yang mungkin bisa mengusir rasa bosan adiknya.

"Tadi, kenapa pergi duluan?"

Mata Ana yang sedari tadi tertutup nyaman kini terbuka, ia mencoba mengingat alasan mengapa ia meninggalkan kakaknya tadi saat dikantor.

"Maaf," ucap Ana pelan.

"Bukan itu yang ingin kakak dengar!" Ia tau Ana mencoba menghindari pertanyaannya.

Gadis itu pasrah, ia menceritakan semua kejadian yang ia alami mulai dari kejadian saat di minimarket saat Ana bertemu cowok aneh itu hingga tadi di kantor mereka bertemu lagi.

"Ana takut jadi Ana lari, dia liat Ana seperti liat orang yang udah mati hidup lagi. Tapi, Ana kaya gak asing sama orang itu, padahal Ana yakin ini pertama kalinya kita ketemu."

Hening. Ana mendongak menatap kakaknya, Devan terlihat santai dengan bersandar di sofa.

"Kakak, denger Ana kan?" tanya gadis itu memastikan, sebab tak ada reaksi apapun dari sang kakak.

Devan tersenyum, mencium pelipis sang adik. "Gak usah terlalu dipikirin, nanti juga kamu tau sendiri."

***
Ting

Satu pesan masuk.

Ting

Dua pesan masuk.

Ting

Ting

Ting

Arga geram, tangannya terulur untuk menggapai ponselnya yang dari tadi berbunyi, sangat mengganggu.

Ia mengecek ponsel itu tanpa membuka pesan, ia hanya melihat nama si pengirim yang tertera di layar kunci, pria itu semakin geram, sekarang ia sedang sibuk dan orang itu mengganggunya dengan mengiriminya pesan beruntun.

Arga memilih mengabaikannya, pesan itu benar benar tidak penting. Paling-paling orang itu hanya ingin mengajaknya pergi dengan berkata, "jangan terlalu serius dalam bekerja, sesekali kita harus berlibur."

Arga tak ingin membuang buang waktu dengan kegiatan itu, pekerjaan menunggunya, ia tak ingin menjadi pemimpin yang tidak bertanggung jawab.

Ting

Pesan masuk lagi, dan dari orang yang sama, Arga mengabaikannya, memilih mengerjakan pekerjaannya.

Ting

Remember You (Selesai)Where stories live. Discover now