Dua Puluh Lima

11.8K 1K 35
                                    

"No! Mama gak setuju!"

Keduanya menoleh menatap sepasang suami-istri yang kompak melipat kedua tangannya didepan dada.

Mereka berjalan semakin dekat pada Arga, pria itu memasang ekspresi bingung sedangkan Rena, entahlah wajahnya sudah tak beraturan.

Rose atau Mama Arga mengelus kepala Rena dengan lembut "Kenapa gak langsung aja, Arga juga udah dewasa, udah mapan, dia udah bisa nyari duit sendiri, jadi tunggu apa lagi?"

Rena mengerjap beberapa kali, tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Mama Arga "Maksudnya langsung itu apa, Tante?"

"Duhh gemesnya, langsung menikah dong sayang, gak usah pakai acara pacaran segala, langsung tebar undangan lebih bagus."

Tidak lagi, ia belum merasa tenang setelah pernyataan mendadak dari Arga, kini Mama Arga kembali membuatnya merasakan serangan blushing.

Rena menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan guna menghilangkan sedikit kegugupan dalam dirinya.

"Rena be- "

Belum selesai ia menyerukan isi otaknya, tiba-tiba sebuah tangan lebar hinggap dikepalanya, mengacak acak rambutnya hingga kusut.

"Rena masih terlalu kecil untuk mengenal pernikahan, Ma."

What? Kecil? Sekecil apa ia hingga semua temannya mengatainya anak kecil, tubuhnya sudah sedikit tinggi dibanding lima tahun lalu, umurnya bahkan sudah cukup untuk menjadi mempelai wanita.

"Stop it Rena!" Batinnya.

Apa yang telah ia pikirkan, mempelai dia bilang? bodoh kau Rena, pipinya lagi lagi memerah membayangkan hal itu.

"Umurmu berapa, Nak?" Kali ini papa Arga yang bertanya.

"Rena seumuran Arga kok, Om." Lihatlah bahkan orang tua Arga percaya dengan kata-kata pria itu.

"Tuh kan cocok, kalian itu emang udah jodoh, dari kecil udah temenan, terus pisah, eh ternyata ketemu lagi bahkan sekelas dan sebangku, lima tahun belakangan ini Rena juga pergi dan sekarang kalian dipertemukan kembali, udah jelas kan, takdir kalian itu memang harus selalu bersama," jelas Mama Arga panjang lebar.

"Tante bisa aja," ucap Rena malu malu.

Oke, gadis itu kembali lagi pada mode pedenya.

"Udah, ayo ikut aku," ajak Arga menarik pelan tangan Rena kearah tangga.

"Arga mau bawa Rena kemana kamu? Jangan macem-macem ya," ucap Mama Arga.

"Kamar!" Tanpa membiarkan Rena menolak, Arga lebih dulu merangkul gadis itu agar mengikuti langkahnya.

Kedua orang tua Arga hanya menggeleng, mereka bahagia, Arga sudah kembali seperti dulu lagi, seperti saat mereka tinggal bertetangga dengan Rena.

Mungkin memang gadis itu yang selama ini mereka cari, mereka merasa anak semata wayangnya itu menjauh saat mereka memutuskan untuk pindah, dan perlahan putranya berubah dingin dan tak peduli sekitar.

Rena pasti akan menjadi bagian dari keluarganya.

***

"Ehh Arga, gak usah, Rena kan jadi gak enak," tolak Rena.

Arga memakaikan cincin dijari manisnya, dan Rena berani jamin jika itu bukan cincin biasa, jika dilihat dari tampilannya, harga cincin itu tak sesimpel bentuknya, kalau rusak bagaimana? Tidakkah Arga tau jika ia gadis yang tidak bisa diam.

"Jangan pernah dilepas, cincin ini bisa memudahkan aku untuk tau keberadaan kamu." Arga memandang takjub dengan cincin yang pas dijari manis Rena, sangat cocok.

Remember You (Selesai)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora