Dua Puluh Tiga

11.3K 1K 29
                                    

"Lily."

Rena hendak mengejar gadis itu namun tangannya lebih dulu ditahan oleh Ian.

Yang membuat Rena heran, kenapa Lily berlari saat melihatnya, apakah wajahnya terlihat seperti seorang penjahat.

"Gak usah dikejar Ren, sok kenal banget dah."

Rena berbalik menatap Ian "Itu pacarnya Arga kan? Kenapa dia nangis, pasti dia mau pergi, Arga tau gak ya?"

"Itu bukan urusan kita Rena, biarin mereka yang menyelesaikan urusan mereka sendiri."

"Tapi bener kan itu pacarnya Arga?"

Ian menggandeng tangan gadis itu agar memasuki lift, jika meladeni Rena bisa bisa mereka tidak akan beranjak dari sana.

"Gak tau." Ucap Ian setelah menekan tombol lift.

"Bener kok itu Lily, gue masih ingat dengan jelas bentuk wajahnya dia."

"Segitunya, lo stalking Arga ya?"

Pertanyaan Ian berhasil membungkam Rena, gadis itu kemudian mengalihkan perhatiannya pada sisi lift, berlagak memeriksa sesuatu disana.

"Yang lain harus tau hal ini."

Dengan tiba-tiba Rena memukul lengan Ian, menatap sinis pria itu "Namanya juga kangen sama teman lama, emang salah?"

Bibir Ian berkedut menahan tawa, lalu ia berdehem menghilangkan geli diperutnya "Enggak salah juga, tapi kenapa cuma Arga? Gue gak gitu?"

Rena menggeleng lalu tertawa pelan "Bukan gitu, Yan. Gak nyangka aja gitu temen gue yang dulunya datar, dingin, dan ngebosenin itu bisa sukses kaya sekarang, gue sebagai temennya ya pasti bangga lah."

Ian mengangguk, menyetujui perkataan Rena, ia pun juga bangga pada Arga "Bener, sekarang dia udah jadi orang sibuk sedunia, diajak ngumpul bentar, dia gak akan mau."

Kaki Rena berjalan mengikuti langkah Ian yang keluar dari lift "Jadi, nanti Arga gak ikut ngumpul?"

Ian menggeleng, tangannya sibuk menekan sesuatu disana sebelum membuka pintu apartemennya "Gak tau, dari kemaren gue hubungin gak pernah dijawab."

Rena mendengus kesal, Arga sekarang sudah seperti Abangnya yang gila kerja, manusia datar itu selalu menanggapi semua hal dengan serius.

Rena terus mengikuti Ian dengan wajah kusutnya, mereka berhenti tepat di dapur, bingung dengan apa yang akan dilakukan oleh pria itu.

"Ian mau ngapain?"

"Buat sarapan."

"Rena bantu ya."

"Emang bisa?"

Gadis itu menatap sengit seorang Brian Alexander "Gak percaya banget Rena bisa masak!"

"Oke kita buktikan," putus Ian.

Merekapun sibuk membuat sarapan, tidak ada yang bersuara, keduanya seakan fokus pada makanan buatan mereka masing-masing, berlomba untuk membuat makanan terenak.

***
Makanan sudah Rena selesaikan, sesaat sebelum makanannya jadi, Ian menyuruh Rena menyelesaikan masakannya sebab pria itu akan mandi dan bersiap, kini mereka sudah berdiri didepan meja makan.

"Kok masaknya banyak banget?"

"Mau ketemu seseorang gak?"

Bukannya menjawab pertanyaan Rena, Ian malah bertanya hal lain, dan Rena bahkan tidak bisa menghindari rasa keponya.

"Siapa?"

"Rahasia. Yuk," ajak Ian setelah selesai memindahkan semua makanan ke rantang yang berukuran sedang.

Remember You (Selesai)Where stories live. Discover now