Tiga Puluh

10.7K 841 67
                                    

Brengsek.

Plakkk

Rena menampar pria itu dengan keras, ia menatap benci pada Devan, nafasnya memburu menahan amarah.

"Dasar brengsek! Tolol, gak punya otak lo hah?! Gue gak mau sama cowok brengsek macam lo. Gue dari tadi udah coba sabar, gue menghormati lo sebagai seorang kakak dan sahabat Abang gue, tapi karena kelancang lo ini, kayaknya Tuhan udah bener untuk gak mengabulkan keinginan lo yang hanya obsesi itu!"

"Obsesi lo bilang?! GUE CINTA SAMA LO, RENA! CINTA!!"

"Cinta gak bisa dipaksa! Gue gak bis- "

"Bisa! Satu-satunya cara adalah lo harus kembali jadi Ana yang dulu!"

"Lo pikir gue mau! Hidup gue udah baik, gue bahagia! Dan hidup sama orang egois kaya lo akan buat gue menderita!"

Devan tertawa kencang. "Sesuai dengan apa yang gue bilang tadi, apapun akan gue lakuin."

Dukk

"Arghh! Sakit woy!!"

Rena mengusap keningnya yang baru saja dibenturkan oleh Devan kearah tembok.

"Kalau dengan obat gak bisa buat kamu lupa ingatan, dengan cara ini pasti bisa!"

Dukk.

"Gila lo! Lepass!"

Rena menangis, kepalanya sakit, saat mengusap kembali keningnya, Rena melihat darah ditanganya, ia juga bisa merasakan cairan kental itu menetes ke pipi.

"Bodoh!" Disela-sela tangisnya pun gadis itu masih bisa mengumpat, tak merasa takut sedikitpun dengan kemarahan Devan.

Dukk. Dukk. Dukk.

Beberapa kali Devan melakukannya, Rena tak tau lagi bagaimana bentuk keningnya sekarang, ia merasa lemas, kepalanya berkunang-kunang dan sakit. Sungguh ini lebih sakit.

Ia merasa lega saat Devan melepas cengkraman tangannya dari rambut Rena. Gadis itu langsung bersandar pada tembok sebab tak bisa lagi menopang tubuhnya sendiri.

"LILY!"

Ditengah kesadarannya yang hampir hilang, Rena masih bisa mendengar teriakan Devan. Pria itu memanggil Lily? Itu artinya mereka ... bekerja sama.

Lalu bagaimana dengan Arga? Apa pria itu juga dijebak, mengingat Lily lah yang menghubungi Arga kemarin. Apakah Arga juga dikurung di suatu tempat seperti dirinya?

Air mata gadis itu terjatuh lagi, lebih deras dari sebelumnya, bagaimana nasib Arga sekarang? Jika ia sendiri diperlakukan kasar seperti ini, bagaimana dengan Arga.

"Ada apa?" Tanya Lily.

"Ambilkan alat itu!"

Lily mengangguk patuh, lalu berlari keluar ruangan. Rena yang masih berusaha mempertahankan kesadarannya hanya bisa menerka-nerka alat apa yang dimaksud pria gila ini.

Tak lama Lily kembali dengan membawa sebuah alat, bukan tak ingin melihat alat apa itu, rasa penasaran sudah memenuhi otaknya sedari tadi, tapi ia benar-benar tidak bisa bergerak karena tubuhnya sudah sangat lemas.

Tiba-tiba sesuatu menyengat tubuhnya, membuat Rena berteriak kencang, memohon ampun pada pria itu, dalam hati ia terus memanggil nama Abangnya, berharap sang kakak datang menolong dirinya.

Siksaan apalagi ini? Belum cukupkah pria itu membuat kepalanya hampir pecah tadi, dan sekarang Devan malah menyetrum dirinya dengan alat aneh itu.

Ia langsung terbaring dilantai yang dingin, lengkap sudah penderitaannya, kepalanya seakan ingin pecah, tubuhnya pun bertambah lemas, ditambah harapannya yang terus menunggu kedatangan seseorang tak juga terwujud.

Remember You (Selesai)Where stories live. Discover now