Dua Puluh Tujuh

9.7K 866 83
                                    

Rena melotot kaget, mendengar suara gadis itu, suara Lily terdengar seperti orang yang kesakitan.

"Ada apa, Ly?"

Rena dapat menangkap raut kekhawatiran dari wajah Arga, pria itu terlihat gelisah.

"Sakit. Dia hiks pembunuh!"

Suara tangisan Lily membuat Rena merasa iba, ada rasa tak suka saat gadis itu menghubungi Arga, namun jika bukan Arga siapa lagi yang bisa menolongnya.

"Kamu dimana sekarang? Biar aku susul." Arga berdiri, memanggil waiter untuk mengantar bill dengan tidak sabaran, bahkan pria itu langsung mendatangi waiter dan membayarnya.

Dengan langkah lebar Arga kembali menemui Rena. "Aku pergi dulu, ini lebih penting, kamu gak usah ikut, bahaya, pulang naik taksi bisa kan? Habisin dulu makannya baru pulang. Aku pergi."

Arga pergi meninggalkan Rena, ia masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, ucapan pria itu terngiang-ngiang dikepalanya.

"Ini lebih penting."

Apa itu artinya Lily lebih penting dari apapun, termasuk dirinya? Sesak sekali, tapi ia tidak boleh egois, Lily memang lebih membutuhkan Arga sekarang.

Rena memilih pergi, ia tidak peduli jika makanan itu tidak ada yang memakannya nanti, yang terpenting adalah Rena ingin menenangkan hatinya yang terasa panas.

Gadis itu sungguh sangat sangat menyesal sekarang, bodohnya dia, uang dan ponselnya kan ada dirumah.

Rena mendengus kesal, dengan pasrah ia berjalan kearah yang sama saat mereka datang tadi.

Lagi-lagi ia kembali sial, Rena tersesat, ia tidak tau daerah ini, Restauran tadi memang cukup jauh dari rumahnya, tapi Rena ingat, tadi mereka tidak melewati jalan ini.

Disini sepi, lampu jalan pun tak cukup untuk menerangi jalanan, gadis itu seketika merinding.

Ia memilih duduk di trotoar, tak ingin berjalan lebih jauh lagi, Rena takut jika ia berjalan semakin jauh malah tak akan ada orang yang bisa menemukannya.

Gadis itu merenung, hatinya masih belum bisa menerima ini, Arga meninggalkannya demi untuk menemui gadis lain.

Rena mengusap wajahnya kasar, kenapa ia bisa egois seperti ini, Lily lebih butuh pertolongan, suara gadis itu seperti sedang menahan sakit, atau jangan-jangan Lily sudah sekarat.

Gadis itu berdoa, semoga Lily baik-baik saja, Rena memang tidak suka padanya, namun apa alasan Rena tak menyukai Lily? Bukankah rasa tidak sukanya itu tanpa sebab, Rena belum tau bagaimana Lily sebenarnya, gadis itu hanya menilai Lily dari luar saja. Jadi ia mencoba berfikir positif.

Harapannya sekarang adalah Arga yang kembali datang untuk menjemputnya, atau setidaknya pria itu menelpon Abangnya untuk datang, Arga tau ia tidak membawa uang dan ponsel, pasti pria itu sudah menyuruh seseorang untuk menjemputnya, ia sudah seperti anak hilang disini.

Gadis itu menunggu dengan jenuh, untuk menyibukkan diri, ia mencoba beberapa gerakan senam, kemudian bernyanyi kecil, lalu berjalan mondar-mandir, menghitung helai rambutnya dengan serius, tiduran di trotoar, lari ditempat, berjongkok sambil bertopang dagu, hingga matanya mulai mengantuk.

Tak ada tanda-tanda seseorang akan datang, Rena tidak tau sudah berapa lama ia menunggu, mungkin sudah berjam-jam, sebab udara semakin terasa dingin, membuatnya sedikit menggigil, salahkan bajunya yang terlalu pendek.

Matanya berkaca-kaca. "Arga mana sih, masa lupa kalau Rena gak bawa uang, terus gimana caranya pulang."

Lily lebih penting.

Remember You (Selesai)Where stories live. Discover now