Dua Puluh Sembilan

9.9K 825 33
                                    

Happy Reading 😊
***
Arga tak tidur, bahkan ia tidak pulang dan memilih mencari Rena hingga pagi. Ponselnya tak henti-hentinya berdering, Arga tau itu panggilan dari Aldo.

Pria itu juga pasti sedang menghawatirkan adiknya, Arga tau betul bagaimana rasanya kehilangan, dan ia tak ingin lagi kehilangan gadisnya.

Setelah semalaman berkeliling mencari Rena, Arga memutuskan untuk kembali ke restoran dimana ia meninggalkan gadis itu sendirian. Untung saja restorannya sudah buka.

"Permisi," sapa Arga memberhentikan salah satu waiter.

"Ada apa, Tuan?"

"Semalam saya datang bersama gadis ini." Arga memperlihatkan foto Rena yang berada di ponselnya. "Kira-kira setelah makan, dia pergi kemana?"

"Saya ingat. Tapi saya tidak tau dia pergi kemana, karena sebelum makanannya datang, Nona ini sudah pergi terlebih dahulu."

"Kearah mana?"

"Maaf Tuan, saya kurang tau, karena saya juga sibuk melayani pelanggan."

Arga mengusap wajahnya kasar, kemana lagi ia harus mencari, pandangannya mengelilingi seluruh Restoran, mungkin saja ada yang bisa menjadi petunjuk disini.

Seketika matanya menatap cctv di setiap sudut Restoran. "Antarkan saya keruang cctv!"

"Maaf Tuan, Kita tidak diperbolehkan membawa sembarang orang masuk kesana. Saya bisa dipecat jik- "

"PANGGIL ATASANMU!"

Arga sudah mencoba bersabar, ia bukan ingin melakukan kejahatan disini, ia hanya ingin memastikan kemana Renanya.

"Sekali lagi maaf Tuan, Atasan kami sedang tidak ada, ia ada perjalanan ke- "

"AKU TIDAK PEDULI SIALAN! Bilang pada Atasanmu bahwa ARGA STEVANO AKAN MENUTUP TEMPAT INI!"

Arga pergi meninggalkan Restoran dengan rahang mengeras, ia berjanji akan menutup Restoran itu secepatnya. Waiter itu sudah sangat membuang waktunya.

Arga meraih ponsel, menelpon seseorang untuk membantunya. Dimas orang yang tepat, pria itu sangat dapat diandalkan dalam hal seperti ini.

"Hallo?"

"Rena hilang," lirihnya.

Ia sudah ingin menangis saat ini, Arga terlalu takut untuk kehilangan gadisnya lagi. Dimas lah yang dulu selalu menyemangatinya, mendengarkan semua keluhan karena rasa bersalahnya pada Rena. Jika ingin menangis, Dimas lah satu-satunya orang yang pernah melihatnya menangis.

"Gue yang salah! Gue yang bodoh! Gue brengsek, Dim!"

"Gak usah mewek lo! Kita cari bareng-bareng. Lo dimana sekarang, biar gue susul. Gue kirim orang buat cari Rena juga nanti! Share lokasi lo sekarang! Buruan!"

Tut.

Sambungan terputus, Arga segera mengirim lokasinya pada Dimas, dan ia sendiri masuk kembali kedalam mobil.

Tapi tunggu.

Cincin.

***
Devan tersenyum senang, sudah lama ia menantikan kesempatan ini, kapan lagi ia bisa memeluk Rena, walau gadis itu tak membalas pelukannya pun, ia tak masalah.

Jarinya sedari tadi tak berhenti menelusuri wajah polos Rena, mengecup pipi bulat yang selalu menjadi candunya.

Andai takdir mempersatukan mereka, mungkin dirinya tidak akan berbuat senekat ini, banyak resiko yang harus ia dapatkan saat merencanakan penculikan ini.

Remember You (Selesai)Where stories live. Discover now