Sepuluh

12.9K 1K 32
                                    

Gadis itu terisak pelan, menunduk takut pada gelap nya ruangan. Baru sehari ia lari, tapi kakaknya sudah semarah ini. Sampai-sampai ia harus dikurung di dalam gudang gelap.

Takut? Jelas saja, ini sudah malam dan ia malah dikurung oleh kakaknya di tempat menyeramkan. Ana hanya bisa menangis dan duduk di sudut ruangan.

Ana memang pantas mendapatkan ini, ia sudah merepotkan kakaknya. Pasti Devan mencarinya sepanjang hari.

Kakaknya kini berubah, Devan menjadi sangat kasar. Sebelum keluar, tadi Ana dipaksa oleh Devan untuk meminum vitamin tanpa makan.

Perutnya kosong, ia makan hanya saat pagi tadi. Gadis itu menoleh ke sekeliling, mencari celah agar ia bisa keluar dari tempat ini.

Jujur ia mulai takut pada Devan, kakaknya sangat mengerikan saat marah.

Tadi saat Devan menemukannya, ia langsung ditarik paksa, pergelangan tangannya tak pernah lepas dari cengkraman pria itu.

Hingga sampai di rumah, Devan menyeretnya, membawanya ke gudang, memarahi Ana, memaksa gadis itu meminum vitaminnya lalu pergi.

Ana kembali menangis mengingat perlakuan kakaknya. Ia mulai ragu pada Devan, mungkin yang dikatakan Dimas tentang Devan itu benar.

***
"Dia dimana?" Tanya Lily pada Devan.

"Gudang!" Jawab Devan singkat. Pria itu masih dalam mood yang buruk.

Gadis itu mengangguk pelan, lalu menatap Devan yang terlihat sangat frustasi.

"Gimana perasaan lo sekarang?" Tanya Lily.

Karena kemarin, Devan seperti orang kesetanan mencari Ana. Bahkan pria penyabar itu tidak tidur semalaman, hanya sibuk mencari adiknya.

Lily tau apa yang dirasakan Devan, ia tau maksud Devan menyembunyikan Ana. Ia tidak ingin kehilangan gadis itu, Devan rela melakukan apapun agar Ana tetap di sampingnya.

Termasuk membuat Ana melupakan masa lalunya

secara permanen.

Vitamin yang biasa ia berikan pada Ana itu bukan vitamin seperti yang ia beritahukan pada Ana, vitamin itu berbeda.

Devan melakukan itu agar Ana tidak bisa mengingat apapun lagi di masa lalu, ia ingin Ana tetap bersamanya.

"Lega." pria itu menutup matanya lelah. Pencariannya tidak sia sia.

Ini juga berkat Lily, Devan menugaskan Lily untuk membantunya mencari Ana tapi tidak juga melupakan tugasnya untuk mengawasi Arga.

Dan ternyata suatu kebetulan, Ana sedang bersama Arga saat itu. Mereka semua telah berkumpul, mencoba membuat Ana kembali mengingat masa lalunya dengan cara membawa Ana ke rumah Aldo.

Devan tau semuanya, semua berkat Lily. Ia harus membayar gadis itu lebih besar lagi karena hal ini.

"Hanya itu?" Pancing Lily, ia masih penasaran, mengapa Devan sangat menggilai gadis itu.

"Ya! Hanya itu."

Gadis itu mendengus kesal, ternyata sulit membuat seorang Devano Refaldy mengakui perasaannya.

"Apakah kau tidak ingin melihat keadaannya? Kurasa ia mulai lelah, tak ada suara berisik lagi dari pintu gudang itu!"

Devan menyadari itu, beberapa menit yang lalu Ana masih menggedor-gedor pintu. Namun, sekarang ruangan itu terdengar sunyi.

Devan bangkit, ia berjalan menuju gudang yang diikuti oleh Lily.

Ceklekk.

Pintu terbuka, terlihat ruangan gelap gulita yang penuh dengan barang tak terpakai. Devan menyalakan senter dari ponselnya karena memang gudang ini tidak ia beri lampu.

Remember You (Selesai)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt