Dua Puluh Delapan

9.9K 884 145
                                    

Mata bulat itu mengerjap beberapa kali, lalu membukanya perlahan, ia menatap sekeliling, mencoba mengenali tempat dimana ia berada sekarang.

Ruangan ini kosong, tak ada benda apapun, bahkan jendela saja tak ada, hanya ada pintu yang terletak jauh didepannya.

Dimana dia? Apakah ia sedang diculik.

Rena berdecak kagum. Ternyata ada juga orang yang ingin menculiknya, sudah dari kecil Rena ingin sekali merasakan bagaimana rasanya diculik.

Saat menonton tayangan televisi, ia sering sekali melihat anak-anak yang diculik, dan Rena akan berteriak kencang saat anak itu hanya menangis dan tidak melakukan perlawanan apapun.

Dan keinginannya sekarang telah terwujud, namun yang Rena pikirkan adalah penculik itu akan mengurungnya dan mengikatnya disebuah kursi, menelpon orang terdekatnya dan meminta bayaran.

Sedangkan sekarang ini, ia tidak terikat sama sekali, bahkan pintu yang sedari tadi ia pandang malah terbuka lebar. Hey! ia benar-benar diculik atau tidak?

Tapi ada yang aneh di pintu itu, kenapa disana terdapat dua kabel panjang yang menggantung ditengah-tengah. Mungkin hanya kabel biasa.

Rena mendengus kesal, ia berdiri, menepuk-nepuk belakang celananya yang sedikit berdebu.

Dengan santai ia melangkah kearah pintu, berjalan dengan wajah cemberutnya.

"Argghh!"

Gadis itu jatuh terduduk, tubuhnya terasa lemas, ternyata kabel itu bisa menyetrum. Matanya menatap kabel panjang yang juga terpasang mengelilingi setiap sisi pintu.

Sesaat kemudian, Rena berdecak kagum, inikah cara penculik jaman sekarang? Mereka tak perlu repot-repot mengikat sanderanya agar tidak kabur, ini cara baru. Sungguh pandai dan ...

Licik.

Rena kembali berdiri, matanya mengitari sekeliling, dan ternyata disudut atas ruangan terdapat cctv.

Gadis itu pun berjalan mendekat, melambaikan tangannya pada kamera. "Hai. Siapapun kalian yang nyulik Rena, tolong dong anterin makanan kesini, Rena tadi malam gak sempet makan, karena Arga malah pergi dan ninggalin Rena sendirian. Kalau kalian mau minta bayaran, minta aja sama dia, Arga duitnya banyak kok, gak usah repot-repot buat nyulik Rena, kalian pura-pura jadi pengemis pun pasti dikasih sama dia."

Tanpa sadar, gadis itu malah curhat sendiri, entah gadis ini memang ingin sekali diculik, atau karena sudah sangat lapar hingga ia tidak merasa takut sama sekali.

Apa ia tidak memikirkan bahaya yang akan datang nanti, bagaimana jika penculik itu adalah penjual organ manusia, atau lebih parahnya seorang psycopath.

"Gak pake lama ya!"

***

"Gak pake lama ya!"

Pria yang menatap layar monitor itu terkekeh pelan, gadis ini memang berbeda. Disaat orang lain diculik, mereka akan ketakutan dan meminta pertolongan.

Sedangkan gadis ini terlihat santai dan malah meminta makanan. Ia baru melihat makhluk seperti ini.

"Antarkan makanan padanya."

Gadis yang sedari tadi berdiri dibelakang pria itu mengangguk patuh, ia kemudian pergi meninggalkan ruangan.

Si pria kembali fokus pada layar, tak mau mengalihkan pandangannya sedikitpun dari gadis itu, gadis yang tak bisa ia lupakan, walau sekeras apapun usahanya.

Ia tidak peduli lagi dengan apapun, uang, perusahaannya, atau persahabatannya. Yang sekarang dipikirannya adalah gadis itu.

Gadis yang dulu pernah menjadi adiknya, miliknya, mereka yang sangat dekat. Namun sekarang, bertemu dirinya saja gadis itu seakan enggan.

Remember You (Selesai)Where stories live. Discover now