Dua Belas

11.7K 1K 26
                                    

Update cepet gakpapa ya.
Happy Reading :)

"Hai, kak Sean." Ana masih berusaha membuat pria itu merespon dirinya.

"Mending duduk dulu, yuk," ajak Clara sambil menarik lengan kekasihnya.

Pria itu menghela nafas pelan. Ia benar-benar tidak menyangka, gadis itu kini berdiri dihadapannya.

Mereka semua duduk, masih terdiam dengan pikiran masing-masing. Ana merasa pria ini mengingatkannya dengan seseorang. Gadis itu berfikir keras berusaha mengingat, Ana menatap lagi pria yang duduk dihadapannya, terlihat menunduk seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Oh Iya, kalian pasti haus. Kakak bikinin minum dulu." Clara berjalan menuju dapur, membuat sesuatu agar suasana bisa sedikit santai.

Ana masih berfikir lalu sesaat kemudian tertegun. Ia ingat sekarang, pria itu mirip seperti teman-temannya di Indonesia. Bukan dalam segi wajah, melainkan reaksi mereka saat pertama kali bertemu Ana.

Seperti Dimas, saat awal mereka bertemu di minimarket, lalu Ian saat pria itu mengunjungi rumah Jerry, dan sekarang Sean. Reaksi mereka semua sama, seperti melihat orang yang telah mati hidup kembali.

Mata Ana membulat, atau jangan jangan Sean juga mengenal Rena?

"Kenapa Kak Sean tadi liatin Ana kaya gitu? Kak Sean kenal Rena juga? Kenal Arga, Ian, dan Jerry?"

Kepala pria itu langsung terangkat. Sean menatap Ana sendu, ternyata benar apa yang dikatakan Arga saat menelponnya. Pria itu telah menjelaskan semuanya, semua tentang Ana yang sangat mirip dengan Rena.

"Kenal."

"Ohya? Emang Rena itu siapa? Kenapa setiap orang yang ketemu Ana selalu manggil Ana dengan nama Rena?"

Sean tertawa pelan. Matanya seperti menerawang pada masa lalu. "Dulu saat SMA kita sahabatan. Saya, Arga, Ian, Jerry dan Rena. Rena itu orangnya baik, cantik, lucu. Diantara kita, dia yang paling petakilan, gak pernah bisa diam, selalu senang tiap kali dia berhasil gangguin Arga yang aslinya emang pendiam, dingin, dan cuek."

"Arga pendiam? Dingin? Cuek?" Awal mereka bertemu, Arga tak menampilkan satupun sifat yang disebutkan Sean tadi.

Sean mengangguk. "Arga itu dulunya cuek banget. Gak peduli lingkungan sekitar. Tapi semenjak Rena datang, dia perlahan berubah. Sampai akhirnya persahabatan kita hancur. Dan karna kita, Rena pergi. Saat itu pula Arga baru menyadari perasaannya pada Rena."

"Tapi sebelum itu, Saya duluan yang suka sama Rena," bisik Sean, takut-takut jika terdengar oleh Clara.

Ana terkekeh geli, lalu kembali bertanya, "kenapa Rena pergi?"

Sean menggeleng pelan. "Rena kecelakaan dan dinyatakan meninggal dunia. Tapi kita semua gak dapet kabar soal pemakaman Rena. Di mana dia dimakamkan gak ada yang tau. Hal itu seperti sengaja disembunyiin kakak kandungnya."

"Rena punya kakak?"

Sean kembali mengangguk. "Tapi mereka kurang akur. Kalau gak salah namanya Aldo."

Gadis itu kembali terdiam, Ana tau nama itu, Aldo adalah nama pemilik rumah kemarin. Rumah kakaknya yang sebenarnya menurut para lelaki itu.

Clara datang, membawa 3 gelas minuman dan sepiring camilan. Ia ikut bergabung bersama Ana dan Sean. "Lagi ngomongin apa, nih? Serius banget."

Ana menyengir. "Kak Clara kok gak bilang kalo pacarnya mau datang. Kan, Ana bisa ikut kak Devan aja tadi," rajuknya. Gadis itu berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Gak papa, biar kakak bisa kenalin ke Ana juga."

Ana mengangguk. "Kak Sean kerja ya?"

Pria itu tersenyum. "Kakak kerja di rumah sakit."

Remember You (Selesai)Where stories live. Discover now