Enam Belas

11.2K 967 37
                                    

Happy reading

***

Sudah seminggu berlalu dan Ana tampak sangat ceria. Ia dengan semangat membereskan barang-barang, dirinya sudah diperbolehkan pulang setelah melewati hari-hari membosankan mendekam di rumah sakit.

Ana memeluk boneka beruang hitam kesukaannya. Beberapa hari yang lalu, Clara datang bersama Sean untuk menjenguknya, mereka memberi banyak hadiah, salah satunya adalah boneka beruang.

Ia tersenyum, berjalan ke luar ruangan diikuti Devan dibelakangnya. Ia sudah sembuh, lehernya tak lagi nyeri seperti pertama ia sadar. Bahkan Ana tidak meminum vitamin itu lagi dari Devan, persis seperti yang sudah Sean katakan padanya.

Dan semenjak itu pula, ia sering bermimpi aneh, dan mimpinya pun terlihat sama. Di sana selalu ada Rena dan Arga, terkadang Jerry, Ian dan Sean.

Mimpi yang paling membuatnya bingung adalah, ia memimpikan orang yang bernama Aldo. Entah dia itu siapa, Ana tidak tau. Aldo selalu memanggilnya Aya. Namun, pria itu terlihat kejam, tatapannya berbeda hanya pada Aya saja, menusuk dan dalam.

"Ana?"

Panggilan Devan membuat lamunan Ana buyar. Ia berbalik, menatap kakaknya dengan serius.

"Kenapa melamun? Mimpi itu lagi?"

Devan memang sudah tau tentang mimpinya belakangan ini dan kakaknya terlihat gusar setiap kali Ana bercerita. Terkadang pria itu berubah menjadi dingin.

Ana yakin, Devan mengetahui sesuatu. Namun, kakaknya itu menutupi semua darinya. Ana menjawab dengan anggukan lalu masuk ke dalam mobil bersama Devan. Kakaknya itu mengelus lembut kepala Ana.

"Gak usah terlalu dipikirin, mending kita jalan-jalan dulu, mau gak?"

Gadis itu langsung mengangguk antusias. Siapa yang bisa menolak jalan-jalan setelah terkurung seminggu di tempat membosankan itu.

Sebenarnya, ada hal lain yang direncanakan oleh Devan. Beberapa hari yang lalu Lily menghubunginya, mengabarkan sesuatu yang membuatnya merasa tidak menyangka.

Nekat!

Arga akan datang hari ini, itu sebabnya ia membawa Ana jauh dari rumah untuk sementara waktu. Ia yakin jika pria bodoh itu sudah tau di mana tempat tinggalnya.

***

"Wow! Keren, Kak!"

Gadis itu menatap pemandangan indah disekelilingnya. Fokus utamanya adalah sunset di pantai ini, pantai yang letaknya di paling Utara Los Angeles, berhasil membuatnya berdecak kagum.

Tak banyak yang mengetahui tempat seindah ini. Terlihat dari pengunjung yang bisa dihitung dengan jari. Namun, siapa saja yang ingin merasakan kedamaian, sangat disarankan untuk pergi ke sini.

Tak hanya pemandangannya yang menakjubkan. Ternyata di balik pantai yang damai ini, Ana bisa melihat atraksi para lumba-lumba yang aktif.

Gadis itu benar-benar tak bisa berkedip walau hanya sedetik. Semua yang ia lihat terlalu sayang jika dilewatkan begitu saja.

Senyuman itu tak pernah lepas dari wajahnya. Rasanya ia ingin meminta pada Devan untuk tinggal di sini saja. Jika tidak diijinkan, ia akan meminta syarat untuk mengunjungi tempat ini setiap harinya.

Ngomong-ngomong tentang Devan, pria itu menghilang. Saat Ana mengedarkan pandangannya ia sama sekali tidak menemukan pria itu.

"Kakak!" Panggilnya.

Kenapa kakaknya pergi tanpa mengatakan apa-apa. Kenapa juga Devan meninggalkannya sendirian di sini. Ia bahkan tak sadar jika Devan sudah tidak ada di belakangnya. Mungkin karena terlalu asik melihat matahari terbenam.

Remember You (Selesai)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt