Sembilan Belas

11.4K 1K 39
                                    

Sudah dua hari, namun gadis itu masih enggan membuka matanya, ia masih asik dengan alam bawah sadarnya, melihat semua kepingan kepingan masa lalu, semua terputar disana

Hingga memori yang paling menyakitkan terputar, membuat dirinya langsung bangun terduduk dengan nafas memburu, ia mengusap wajahnya yang penuh dengan keringat

Tenggorokannya terasa kering, matanya mengitari setiap sudut kamar yang sekarang ia tempati

"Wow!" sebuah decakan kagum keluar dari bibirnya, pemandangan di sekitar mampu membuatnya melupakan mimpi yang baru saja ia lihat

Ini seperti kamar impiannya, ia tersenyum, inikan memang kamarnya, terlihat dari foto foto dirinya yang mendominasi kamar tersebut

Tapi kapan ia merenovasi kamar ini, seingatnya, ia baru mengangumi dekorasinya, belum sampai ingin merenovasi, bahkan ia masih bingung, pikirannya masih kosong

Apa yang terjadi kemarin?

Ia memilih bangkit, berjalan keluar kamar, menelusuri rumahnya hingga matanya menangkap sosok sang kakak yang sibuk menelepon

Gadis itu menatap kakaknya dari atas hingga bawah, banyak perubahan pada kakaknya, mulai dari gaya rambut, hingga tubuh yang lebih tinggi, membuat dirinya semakin tenggelam jika berada disebelah kakaknya

Kemudian, gadis itu tersenyum canggung saat kakaknya berbalik menatapnya setelah menyimpan kembali ponselnya di saku celana

Ia sudah siap jika akan mendapat tatapan tajam, atau parahnya pria itu akan meninggalkan dirinya, namun ia dibuat terperangah saat kakaknya malah tersenyum lembut kearahnya

Pria itu juga memeluknya erat, tak mau menyia-nyiakan kesempatan, ia pun membalas pelukan kakaknya

Sebuah keajaiban seorang Geraldo Adrian memeluknya terlebih dahulu, bahkan mencium keningnya berkali-kali

Ada apa ini?

"Abang? Kok tumben meluk Aya?"

Pertanyaan apa itu, Aldo terkekeh saat pertanyaan itu keluar dari mulut adiknya, inilah yang ia rindukan selama ini, adiknya selalu bisa membuatnya terhibur

Aldo melepaskan pelukannya, lalu menatap adiknya yang masih memasang wajah bingung "Emang salah kalau Abang meluk adiknya sendiri?"

Respon dari gadis itu adalah gelengan yang berarti tak masalah jika abangnya itu memeluknya, tapi perlakuan kakaknya itu yang malah mengganjal di hatinya

"Emang abang gak benci lagi sama Aya?"

Kini giliran Aldo yang menggeleng "Abang gak pernah benci sama Aya"

Gadis itu mencebik tak percaya, benarkah? bukan kah dulu Aldo selalu membela kekasih ularnya itu

"Maafin Abang, Abang udah tau semuanya, semua dalang dibalik pembunuhan itu, ternyata ini benar-benar bukan salah kamu"

Rena mengangguk pelan lalu tersenyum "Aya boleh peluk gak?"

Aldo tak menyangka, Rena dengan begitu mudah memaafkannya, tanpa berkata lagi, ia langsung memeluk adiknya, sudah lama mereka tidak seperti ini, Aldo sangat merindukannya

"Aya udah ingat sama Abang?"

Pertanyaan Aldo membuat Rena tertawa "Emang Aya pernah lupain Abang?"

Aldo menggeleng masih dengan senyumnya yang menawan "kalau gitu, Aya ingat Devan gak?"

Gadis itu terdiam, mencoba mengingat ingat nama yang tak asing itu, senyumnya langsung terbit saat berhasil mengingat "Ingat! Sahabatnya Bang Aldo kan? Udah lama Aya gak ketemu, terakhir ketemu waktu Aya masih SMP"

Remember You (Selesai)Where stories live. Discover now