O9

2.1K 340 21
                                    

"Doy, ga pulang?" Ten liatin Doyoung yang lagi sibuk sama pekerjaannya. Bahkan saat di panggil oleh Ten sekarang, lelaki itu sama sekali tidak menoleh.

"Gue manggil, nyaut dong." Ten nyenderin tubuhnya di tembok, melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap kesal Doyoung yang masih saja bergeming sambil terus menatap macbook yang ada di hadapannya itu.

"Udah jam sembilan malem, lo gak pulang? Istri lo lagi hamil, harusnya lo itu nemenin dia. Ini ngga sekali dua kali gue liat lo lembur sampe malem gini, harusnya lo mikirin perasaan istri lo."

"Diam, Ten. Pekerjaan saya banyak." Lagi-lagi, setiap diceramahi Ten mengenai keterlambatannya untuk pulang ke rumah, jawaban dari lelaki tampan itu adalah 'banyak pekerjaan'.

"Iya tau pekerjaannya banyak, makanya gue mau bilang. Gue udah nemuin yang cocok jadi sekretaris lo, besok dia dateng." Ten berdiri kemudian menyeduh kopi dengan air yang ia panaskan tadi.

"Serius? Kenapa saya tidak tau?"

"Ya makanya lo kerja terus. Dah sana pulang, istri lo nungguin."

"Maaf ya Ten, tapi pekerjaan saya masih banyak. Belum bisa pulang. Mungkin kalo sekretaris saya kerja lebih cepet, saya bisa pulang lebih awal." Doyoung menerima kopi yang Ten berikan untuknya. Ten memutar kedua bola matanya malas, memang, Doyoung ini keras kepala sekali.

"Yaudahlah terserah lo. Gue mau pulang aja. Awas lho, denger-denger kantor serem malem hari."

Doyoung terkekeh mendengar ucapan Ten tadi, "saya bukan anak kecil yang bisa kamu takuti dengan cerita hantumu itu. Saya sudah bertahun tahun bekerja disini kalau kamu lupa."

Ten menyerah. Sudah, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan agar Doyoung mau pulang dan menemui Misa di rumah.

Lelaki itu memilih meninggalkan ruangan kantor itu dan membiarkan Doyoung sendirian disana.

Setidaknya dia telah memberi saran, sekarang tergantung pada diri Doyoung sendiri. Lelaki itu mau menerima sarannya atau tidak.

🎭🎭🎭

Doyoung baru saja menginjakan kaki di rumahnya dan mendapati Misa tertidur lelap di sofa ruang keluarga. Lelaki itu mengernyitkan alisnya, merasa bingung kenapa gadis itu tertidur disini.

Kaki panjang Doyoung melangkah, dia tepuk pipi gadisnya agar terbangun dan itu berguna, Misa terbangun dari tidur lelapnya.

"Mas? Udah pulang?" Misa duduk, setelahnya menatap Doyoung yang mulai melepaskan jas kantor yang melekat pada tubuh atletisnya.

"Iya, sudah. Kenapa tidur disini?" Doyoung memulai pembicaraan mereka sambil melepaskan sepatunya, sesekali menatap Misa yang masih setengah tersadar.

"Aku nungguin Mas."

"Kita udah ngomongin ini berkali-kali sebelumnya. Kalo saya lembur, jangan tunggu saya. Tidur di sofa tidak baik untuk kesehatanmu dan bayi kita."

"Tapi.. aku pengen dimanjain sama Mas.." Misa berbicara lirih, takut pada Doyoung. Karena beberapa hari terakhir ini Doyoung sering marah-marah padanya.

Iya, Misa tau pekerjaan Doyoung sangat menumpuk di kantor. Tapi apa karena pekerjaan itu bisa membuat Doyoung sama sekali tidak memiliki waktu untuknya?

"Tidur. Sudah malam." Doyoung bangun dari duduknya setelah melepaskan sepatu, menaruh sepatunya di rak khusus sepatu kemudian berjalan ke arah Misa.

"Mas.."

"Hm?"

"Mas ngga tidur?"

"Maaf Misa, pekerjaan saya masih banyak. Tidur lebih dulu, ya?" Itu ucapan terakhir Doyoung sebelum akhirnya lelaki itu berjalan lebih dulu menuju ruangan kerjanya di lantai atas.

Misa meringis.

Apa memberinya perhatian sedikit saja akan membuang banyak waktunya?

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

🔔💌akhirnya aku kembali lagi dengan part terbaru setelah dua hari hehe. Jadi gimana? Menurut kalian yang salah disini siapa? Misa yang terlalu manja atau Doyoung yang workaholic?
recnjwin
7 Maret 2020.

Pandora Box [✔]Where stories live. Discover now