62

2.1K 357 166
                                    

"Mas Doyoung?"

Tatapan Misa terkejut mendapati lelaki jangkung itu sekarang tengah berdiri di hadapannya. Ini sudah beberapa hari setelah ia merawat Doyoung yang sedang sakit dan dirinya baru bertemu dengan lelaki itu lagi sekarang.

"Saya mau lihat kamu dan anak saya, tidak apa kan?" Doyoung tersenyum, dia akan mengikuti kata-kata Ten tadi. Sekarang dirinya akan mulai untuk mendekati si manis dari awal lagi.

"Eh, nggapapa. Tapi ini udah sore. Kamu ngga pulang dulu tadi?" Misa perhatiin Doyoung dari atas sampai bawah. Masih lengkap dengan setelan kantornya. Misa yakin Doyoung langsung kesini setelah waktu pulang tadi.

"Saya kangen.. sama kamu. Makanya saya langsung dateng kesini."

Misa bergeming, bener-bener tidak habis pikir sama lelaki di hadapannya itu. Apa semua yang ia katakan kurang jelas kemarin? Kenapa masih bertingkah seperti ini?

Keduanya masih saja diam. Misa juga belum memiliki niat untuk membalas kalimat yang meluncur dengan mudahnya dari bibir Doyoung. Pokoknya, dia masih gak habis pikir.

"Babe, kamu ngomong sama siaㅡ Mas Doyoung?" Mark baru aja keluar dari kamar mandi sambil ngusak rambutnya yang basah dengan handuk akibat keramas.

Keduanya menoleh, dapetin Mark cuma pakai handuk yang lilitin pinggangnya dan rambut yang bener-bener masih berantakan. Dan jangan lupakan kalo Mark sedang topless. Misa lupa menaruh baju di kamar mandi tadi.

"Ngapain dia di kamar kamu?" Tanya Doyoung menatap Mark sinis sambil nunjuk Mark yang juga menatapnya dengan sinis pula.

"Mark emang sering habisin waktu disini, Mas. Dia selalu nemenin aku, takutnya aku ada ngidam malem-malem."

"Gak perlu, sekarang kamu punya saya."

Mark mengerutkan alisnya, "yang kemarin Misa omongin emang belum jelas? Misa punya gue. Jadi stop bertingkah seolah lo bener-bener mau tanggung jawab!"

"Saya bener-bener mau tanggung jawab." Doyoung masuk ke kamar istrinya, mendekati Mark dan menekan bahu lelaki itu menggunakan telunjuknya, "dan siapa kamu berani-beraninya masuk ke kamar istri saya?"

"Gue emang bukan suami Misa, tapi gue bisa jauh lebih bertanggung jawab dari pada lo! Ninggalin waktu Misa bener-bener butuh lo disisinya."

"Kau," Doyoung udah mau layangin kepalan tangannya di wajahnya Mark sebelum Misa datang dan menengahi keduanya.

"Kalian kenapa sih, jangan berkelahi!" Misa misahin Doyoung sama Mark yang jaraknya udah deket banget.

Si manis menggenggam tangan Mark, "Mark, pakai baju."

"Mas Doy, keluar dari kamarku. Tunggu di bawah, habis ini aku turun."

"Tapi Misa?"

"Mas."

"Baiklah, saya turun."

Doyoung sama Mark masih aja tatap-tatapan dengan sinis bahkan ketika lelaki itu berjalan mundur untuk keluar dari kamar si manis.

Misa menghela nafasnya.

Nafasnya Mark ngga teratur. Kentara sekali kalau lelaki itu tengah menahan amarahnya sekarang.

"Mark," panggil Misa bikin Mark yang tadinya menatap pintu yang udah tertutup itu jadi liatin dia. Tatapan Mark melunak. Dia peluk erat gadis di hadapannya itu. Tidak, Mark tidak ingin kehilangan Misanya lagi.

Misa peluk Mark balik, mengusap punggung lebar Mark. Pokoknya Misa lagi dalam mode nenangin Mark. Mark gak boleh sampai ngamuk.

"Mark," panggil Misa lagi yang dibalas deheman oleh Mark. Masih merasa nyaman ketika memeluk si manis.

Pandora Box [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang