48

2.5K 347 59
                                    

"Hu Markie, aku kangen! Babynya juga kangen!" Misa merengek pada Mark yang berada di seberang telefon. Ini siang hari dan Misa benar-benar merindukan Mark!

Tadinya Misa tidak ingin menghubungi lelaki itu karena takut mengganggunya. Tapi dirinya benar-benar tidak bisa menahan keinginannya. Mark harus berada di sampingnya. Sekarang.

'Yaampun, ini yang bayi bundanya atau yang di dalam perut sih?' Misa bisa denger kekehan dari seberang. Mark mentertawakannya?! Lihat saja, tidak ada ciuman untuknya!

"Huh, Markli nyebelin. Nanti aku ngga mau cium lagi." Misa memajukan bibirnya, padahal dia tau kalau Mark tidak akan melihatnya. Tapi Misa tetap melakukan itu.

'Iya gapapa, kan yang cium kamu aku setiap hari.'

"Ih, kamu juga ngga boleh!"

Lagi-lagi Mark terkekeh. Yaampun, Mark sangat suka menggoda ibu hamil ini kan?

'Iya sayang, kangen kan? Aku bakal kesana sekarang. Mau nitip apa hm?' Misa bisa denger suara berisik di seberang. Sepertinya Mark tengah membereskan barang-barangnya.

Misa tampak berpikir, kini membaringkan tubuhnya terlentang di atas kasur. Apa yang ia dan bayinya inginkan siang ini?

'Sayang?'

"Aku mau... bibir kamu!" Sudah Misa sempat bilang kan, Mark tidak seharusnya mencium bibirnya. Hal ini sudah Misa duga akan terjadi, dia ingin mencium dan dicium oleh Mark.

'Yakin?' Mark masih saja menggoda gadisnya, padahal Misa lagi ngga pengen digodain sama dia.

"Eum!" Misa mengangguk yakin. Pipi gembilnya bergerak bersamaan dengan anggukan kepalanya itu. Menggemaskan.

'Fine, aku meluncurrr!'

Misa tampak sangat gembira di tempatnya, bahkan dia menaikan tangannya ke udara saking senangnya. Yes, keinginannya akan dikabulkan oleh Mark!

🎭🎭🎭

Bel pintu rumahnya berbunyi. Misa berlarian perlahan turun ke bawah untuk membuka pintunya. Itu pasti Mark Liananthanya. Akhirnya orang yang ia tunggu-tunggu datang juga.

Pintu rumah terbuka dan cukup bikin wajah bahagia Misa hilang seketika. Itu bukan Marknya. Itu suaminya, Doyoung Anantha.

"Misa." Doyoung tersenyum tipis, dirinya benar-benar merindukan kehadiran sang gadis di hadapannya. Sedekat ini.

"Oh, kamu Mas." Misa mengangguk pelan, terus menatap Doyoung lama, "ngapain kesini?" Malas? Tentu saja. Misa hanya tidak ingin berhubungan terlalu banyak dengan Doyoung. Sudah cukup beberapa tahun ini.

"Saya.. tadi belanja buat menuhin kebutuhan kamu sebulan." Doyoung nunjukin kantong kain yang penuh dengan makanan dan beberapa susu ibu hamil. Lelaki itu mencoba tersenyum, "saya mau jadi suami yang bertanggung jawab."

".. ngga usah." Misa diam sebentar, kemudian menggeleng sambil menatap Doyoung lagi, "ngga usah. Mark udah beliin semua kebutuhanku."

"tapi saya suamimu.."

"Kita bakal pisah nanti." Misa membuang wajahnya, tidak, dia tidak sanggup menatap wajah Doyoung. Kalau dia menatap Doyoung terlalu lama, Misa takut pertahanannya runtuh.

"Misa.. saya ngga mau pisah."

"...pulang."

"Misa.."

"Mas, aku bilang pulang." Misa menatap Doyoung tajam. Misa tidak pernah seperti ini sebelumnya dan hal ini cukup menyakiti hati Doyoung. Dimana Misanya yang penuh cinta?

"Saya pengen ngurus kamu, ngurus anak kita." Doyoung berusaha gapai tangannya Misa, ingin membawa si manis agar lebih dekat dengannya. Misa reflek mundur, dia tidak ingin di sentuh oleh lelaki itu.

"Misa, tolong kasi saya kesempatan."

"Nggak perlu, Misa udah punya gue yang bakal ngurusin dia dan bayinya. Jadi tolong pergi dari rumah ini dan jangan buat keributan." Misa dan Doyoung noleh, nemuin Mark yang lagi masukin kedua tangannya ke dalam kantung celana. Tatapannya dingin sekali.

"Saya menantu di keluarga ini."

"Soon bakal engga lagi." Mark narik kerah kemejanya Doyoung, dia dorong lelaki itu agar menjauhi si manis. Misa bersembunyi di belakang Mark, memeluk lengan lelaki itu erat, "pergi."

"Misa.."

"Gue bilang pergi."

Doyoung menunduk. Sedih sekali rasanya di tolak oleh si manis lagi. Doyoung menyerahkan kantong kain itu pada Mark, "ini, saya beli untuk Misa. Tolong di terima."

Mark menerima kantong itu setelahnya membiarkan Doyoung pergi meninggalkan kediaman Learnadi.

Mark membalikan badannya, menatap Misa yang kini juga balik menatapnya.

"Hiks.."

"Jangan nangis."

"Markiee..." dan air mata Misa kembali mengalir hari itu. Mark membawa Misa kepelukan yang paling erat. Tubuh mereka tidak terlalu menempel, hanya bagian atas tubuh mereka saja.

Mark ciumin keningnya Misa, menenangkan gadis itu dari tangisannya, "shh baby, don't cry. Aku ada disini ya?"

Misa mengangguk walaupun masih sesenggukan, memilih menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Mark.

Mark menghela nafasnya. Sepertinya dia harus melakukan penjagaan ekstra. Doyoung selalu muncul saat dia tidak ada di dekat si manis.

Mark harus lakukan sesuatu.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

🔔💌 #4YearsWithMarkLee dan Mark ngasi kita hadiah seindah ini

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

🔔💌 #4YearsWithMarkLee dan Mark ngasi kita hadiah seindah ini. Holy moly.
recnjwin
4 April 2020.

Pandora Box [✔]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon