11

2.2K 323 181
                                    

"Pak saya ngantuk banget." Aina menutup kedua matanya yang terasa berat. Ini sudah hampir 3 bulan Aina bekerja di kantor Doyoung dan sekarang keduanya tengah lembur. Biar aku perjelas. Berdua saja.

"Ya kamu tidur saja. Saya mau lanjutin pekerjaan saya dulu." Doyoung udah mulai fokus bekerja kembali setelah menatap Aina yang tengah menidurkan sebagian tubuhnya di atas meja.

"Bapak ngga ngantuk?"

"Saya udah biasa kayak gini."

"Pak."

"Hm?"

"Istri bapak ngga butuh bapak ya? Kan istri bapak lagi hamil." Aina mengangkat kepalanya, menatap Doyoung yang kini berhenti mengetik.

Lelaki itu menatap Aina dalam, "saya tidak tau."

"Lho kenapa Pak?"

"Kehamilan ini membuatnya sangat menyebalkan. Bertingkah kekanakan setiap hari. Dia tau saya lembur hampir setiap harinya tapi menghargai saya saja dia tidak bisa. Dia masih saja menyuruh saya untuk bangun pagi untuk memenuhi keinginannya dan bayinya." Doyoung mengusak rambutnya kasar. Mengingat itu semua rasanya perasaan kesalnya kembali pada dirinya lagi.

"Dia juga tidak merawat dirinya lagi. Bagaimana saya bisa betah di rumah? Jawab saya Aina." Doyoung menutup wajahnya. Menahan emosinya. Setelah beberapa saat dalam posisi itu, ia merasakan tangannya di usap secara perlahan oleh gadis disampingnya.

"Pak."

"Hm?"

"Ayo jadi pacar saya, saya bisa kasih lebih dari apa yang istri bapak beri."

Dan kini, pandangan Aina dan Doyoung bertemu.

🎭🎭🎭

Doyoung beberapa kali terkekeh membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Sikap Doyoung yang benar-benar aneh membuat Misa sedikit bingung.

Ada apa dengan suaminya? Apa yang ia lihat di ponselnya sampai bisa terkekeh seperti itu?

"Mas?"

Doyoung masih fokus pada ponselnya, bahkan setelah beberapa kali Misa memanggilnya sejak tadi.

Si manis mendekat, duduk di sisi kanan Doyoung membuat lelaki itu dengan cepat menaruh ponselnya di sisi kiri. Misa menatap Doyoung bertanya, "kok ponselnya Mas jauhin? Aku juga pengen lihat Mas ngapain."

"Bukan urusan kamu, Misa. Ini pekerjaan. Tidurlah, sudah malam." Doyoung menatap Misa yang masih juga menatapnya sejak tadi.

"Aku mau tidur, tapi Mas usap perut aku dulu ya?" Misa senyum, baru aja dia mau ngambil tangan suaminya, genggamannya lebih dulu di lepas oleh Doyoung. Cukup membuat Misa tertegun dibuatnya.

"Tidur sendiri, saya masih ada pekerjaan." Ucapan Doyoung seperti menutup malam itu untuk Misa. Lelaki itu memilih keluar dari kamar menuju ruang kantornya meninggalkan Misa yang terdiam membeku di kamar.

Doyoungnya kenapa? Apa dia berbuat salah kali ini?

🎭🎭🎭

"Mas, sarapan dulu yuk?" Misa tersenyum ke arah Doyoung. Gadis itu masih saja sibuk menata meja makan yang sudah penuh berisi makanan untuk di makan Doyoung pagi ini.

Lelaki itu menggeleng, tergesa-gesa sambil memakai jas dan sepatunya dengan cepat. Sama sekali tidak menoleh pada Misa yang lagi-lagi menatap Doyoung bingung.

"Mas? Sarapan?"

"Tidak Misa, saya sarapan di kantor saja."

"T-tapi baru jam segini, Mas. Mas masih bisa sarapan di rumah kok." Misa menatap Doyoung dengan tatapan memelas, ayolah, dia memasak dengan penuh cinta, bahkan mengorbankan dirinya yang kelelahan. Apa menghargai masakannya sedikit saja tidak bisa?

"Maaf Misa, kamu sarapan sendiri aja ya? Kalau tidak habis, buang saja." Setelahnya Doyoung menyambar kening Misa dengan ciuman. Tanpa mengeluarkan kalimat apapun, lelaki itu pergi meninggalkan Misa yang masih mematung di dalam rumah.

Air mata Misa menetes setelah sekian lama menahannya.

Ada apa?

Doyoungnya kenapa?

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

🔔💌 libur dua minggu ini membuatku produktif haha! Gimana? Apa perasaan kesal tumbuh di hati kalian? Atau malah ini menggelikan?
recnjwin
8 Maret 2020.

Pandora Box [✔]Where stories live. Discover now