14

2.3K 350 123
                                    

Double Update!

Misa baru saja sampai di swalayan dekat rumahnya. Tubuh berisinya turun dari mobil online yang ia tumpangi, menatap swalayan itu dari luar.

Biasanya ia dan Doyoung berkunjung ke swalayan ini setiap bulannya untuk mengisi rumah mereka yang kosong. Tapi hari ini, Misa harus pergi sendiri.

Misa menghela nafasnya sekali lagi, membuang beban berat yang ada dikepalanya dan memilih untuk masuk. Mengambil sebuah troli dan membawanya berkeliling.

Misa tersenyum kecil, bayangan ketika Doyoung mendorong troli dan dirinya yang memeluk lengan lelaki itu hadir di benaknya.

Dia rindu momen itu.

Dia rindu saat Doyoung memberi perhatian lebih padanya.

Misa pikir menikah dengan Doyoung akan membuat kehidupannya dengan Doyoung jauh lebih bahagia dibanding dulu, tapi sepertinya Misa salah.

Mata dan tangannya bergerak, memilih barang dan makanan apa saja yang rumahnya perlukan. Sekali lagi, Misa harus membuang jauh-jauh pikiran negatif dikepalanya.

Kalau memang Doyoung tidak bisa ada disampingnya disaat seperti ini, Misa harus berusaha sendiri.

Misa harus bisa.

Harus.

Tubuh Misa menegang.

Tangan kecilnya mempererat genggamannya pada troli yang ia pegang. Terkejut merasakan kepalanya yang tiba-tiba terasa berat dan mengambang disaat yang bersamaan.

Misa tidak tau pasti apa yang terjadi pada dirinya, karena setelah itu kejadian itu, Misa mendengar teriakan banyak orang disekitarnya. Apa yang terjadi?

🎭🎭🎭

"Keluarga Nyonya Misa?" Dokter baru saja keluar dari ruang gawat darurat tempat Misa dibawa setelah kehilangan kesadarannya di swalayan tadi.

"Saya." Dokter memandang lelaki yang kini tengah berdiri di hadapannya dengan tatapan khawatir. Sangat memikirkan Misa yang kini berada di dalam ruangan gawat darurat itu.

"Anda.."

"Sㅡsaya suaminya."

"Baiklah, silahkan masuk." Kaki jenjangnya memasuki ruangan itu. Kini menatap Misa yang masih terbaring pucat di atas ranjang rumah sakit. Tatapan lelaki itu sama sekali tidak berbohong, dia sangat khawatir.

"Tuan, silahkan duduk." Dokter mempersilahkan lelaki itu untuk duduk dihadapannya. Memberikan konsultasi mengenai Misa.

"Istri saya.. kenapa?"

Dokter itu tersenyum, "dia hanya kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Tidak apa, tapi tolong jangan membiarkannya stress, ini akan sangat buruk bagi bayi dan ibunya. Apalagi ibunya ini masih sangat muda. Anda harus lebih ekstra dalam menjaganya."

Sebuah anggukan diterima oleh dokter itu. Tampaknya suami dari pasiennya kini sangat mengerti dan khawatir di saat yang bersamaan.

"Ini resep untuk ibunya, vitamin. Ibunya tidak perlu rawat inap, setelah bangun ia sudah boleh pulang. Semoga cepat sembuh." Dokter itu memberikan kertas resep dan segera meninggalkan ruangannya. Memberikan privasi untuk suami dan istri itu.

Lelaki itu mendekat kearah ranjang rumah sakit. Kali ini tangan besarnya menggenggam tangan kecil Misa, menatap sang gadis dengan perasaan bersalah.

"Babe, bangun."

"Maaf karena baru datang sekarang." Bisiknya sebelum mendaratkan kecupan ringan di kening Misa dan tanpa lelaki itu sadari air matanya lolos. Dia tidak bisa melihat Misa selemah ini. Sangat tidak bisa.

Misa adalah gadis yang amat sangat ia cintai.

Tidak perlu menunggu waktu lama untuk mata gadis itu akhirnya perlahan terbuka. Mengerjapkan keduanya menyesuaikan dengan sinar lampu di ruang gawat darurat itu. Masih linglung dengan apa yang terjadi.

Misa menoleh kesisi kirinya, tempat dimana seseorang kini menggenggam erat tangannya. Tatapannya menggambarkan betapa terkejutnya ia sekarang.

"MㅡMark?"

🎭🎭🎭

"Susu, roti, detergen, apalagi ya?" Mark tampak memikirkan apa saja hal yang ibunya suruh beli di swalayan ini. Awalnya Mark tidak ingin pergi kesini, karena tempat ini dekat rumah Misa dan selalu mengingatkannya tentang Misa.

Tapi karena sang ibu memaksa, dia tidak bisa menolak kan?

Matanya menyipit menatap kerumunan orang yang kini tengah membentuk lingkaran di salah satu lorong swalayan yang ia datangi. Mark tidak pakai kacamatanya, jadi semua yang ia lihat tidak begitu jelas.

"Kenapa ya?" Kaki panjangnya melangkah atas dasar ingin tahunya yang tinggi. Mendekati kerumunan itu dan mencoba menerobosnya.

Sekarang Mark tau kenapa Tuhan membuat Ibunya ingin ia pergi ke swalayan ini.

"Misa!" Seru Mark sebelum akhirnya berlutut mendekati yang terbaring lemah di lantai swalayan tanpa ada orang yang ingin membantunya.

"Ck, kenapa kalian diam dan mengamati saja!" Marahnya, lelaki itu membuka hoodie yang ia pakai, mengikatnya dipinggang si manis dan setelahnya menggendong gadisnya ala bridal style membelah kerumunan itu.

"Orang-orang gila." Desis Mark sebelum menghilang dibalik kerumunan.

Mark harus bawa Misa kerumah sakit, harus. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Misa dan bayinya, Mark tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

🔔💌akhirnya magu dateng juga ihiy. Gimana? Udah jelas belum peran magu di buku kali ini?
recnjwin
10 Maret 2020.

Pandora Box [✔]Where stories live. Discover now