LIMA

14.3K 1.4K 49
                                    

Akhirnya yang di tunggu sudah datang. Tiara pulang dengan membawa keresek hitam berisi sayuran. Ke-3 orang yang berada di ruang tengah itu menatap heran Tiara. Siang bolong Tiara belanja sayuran?

"Kamu habis belanja?" Tanya Feli.

Tiara mengangguk pelan lalu menyalimi Sandy dan feli setelahnya ia duduk di sebelah Lintang.

"Emang harus banget siang? Kenapa gak di anter Lintang?"

Tiara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ini Tan, eh, mah, soalnya tadi pagi gak ada tukang sayur. Jadi Tiara belanja buat makan nanti malem biar gak di beli."

"Gak salah emang mama milih mantu." Ucap feli bangga. "Gimana kamu betah tinggal di sini?"

"Agak takut sih Ma, soal nya tadi malem gak bisa tidur Tiara denger suara langkah kaki dari lantai atas." Ucap Tiara terang-terangan.

Sandy beralih menatap Lintang yang sedari tadi fokus dengan ponsel. "Emang bener tang?" Kejadian itu jarang terjadi, mungkin karna rumah nya terlalu lama di tinggal kan jadi ada kejadian horor atau Tiara yang berhalusinasi. Yang penting ini bukan cerita horor ya.

"Gak ada tuh." Ucap Lintang yang masih sibuk mengotak Atik ponselnya.

Tiara menoleh ke arah Lintang, pedahal kemarin malam pria itu juga mendengar suara dari lantai atas tapi kenapa malah bilang Gak ada. "Ihhh, kemarin kan Lo denger juga!"

"Itu suara tikus!"

"Jangan di percaya pah, mah, ni anak modus pengen pindah rumah."

Tiara menggeleng cepat."Gak... Gak..., ini beneran pah, mah, penunggu rumah ini pengen di buatin tumpeng."

"Jangan tipu Lo. Sejak kapan syaiton di sini minta tumpeng! Mereka minta tumbal."

"Yaudah Lo, gue tumbalin."

"Syaiton minta tumbal cewek yang masih perawan!"

"Mana ada jurig minta perawan. Mereka mau nya tuh tumpeng pake tempe orek, telur balado sama bakakak!"

"Itu mah selera mahluk hidup! Syaiton pengen nya itu lo. Yang masih perawan."

"Mereka juga hidup! Kan berkeliaran. Terus Lo mau tumbalin gue gitu?"

"Syaiton punya paru-paru? Kan disini Lo yang masih perawan. Bung!"

Pasangan Pasutri malah beradu mulut. Mereka menghiraukan Sandy dan feli seperti penonton dari perdebatan kecil mereka. Dari ucapan Lintang ada rasa penasaran dari diri Sandy dan feli tentang hubungan mereka.

"Tanya sam-"

"STOP!!"

Ucapan Tiara terpotong saat Feli merentangkan tangan di antara mereka. Dari tatapan Sandy seperti Lintang akan di interogasi oleh nya.

"Mama sama papa kesini untuk lihat hubungan kalian seharmonis apa? Ternyata," Feli menggelengkan kepala. Sedangkan Sandy berdiri di belakang Feli.

"Kalo masalah rumah ini kalian kan bisa pindah dan tinggal di apartemen kalian yang papa kasih. Dan tadi papa denger Tiara masih perawan? Apa kalian belum bermalam pertama?"

Seperti dugaan nya. Lintang mengusap wajah gusar lalu berdiri membawa orang tua nya keluar dari rumah. "Papa sama Mama pulang aja ya? Kita mau," Lintang menggantung kalimat, sesekali melirik Tiara yang masih duduk. Sandy menaikan alis sebelah. Ada apa dengan anaknya, dia belum menjawab pertanyaan darinya.

"Mau buat cucu untuk kalian ya. Emang kemarin gak tapi, hari ini mau!" Tiara bangkit dari duduk mendengarkan perkataan Lintang barusan sangat mengejutkan baginya.

"Kan gak-"

Belum selesai berbicara Lintang terlebih dulu membekap mulut Tiara. Membuat Sandy dan feli saling bertatapan. "Udah kalian pulang, tau tau Tiara hamil kesini okee?"

Tiara semakin membulatkan mata semoga ucapan laki-laki ini hanya untuk mengelabuhi orang tuanya saja.

Akhirnya setelah panjang lebar Lintang bersandiwara orang tuanya pulang dengan pikiran penuh tanya.

Lintang menyeret kasar Tiara menuju lantai ke tiga. Setelah mereka sampai aura nya sangat terasa beda banyak debu yang berterbangan dan sarang laba-laba di setiap barang. Bulu kuduk Tiara berdiri menelisik setiap sudut di lantai ini. Lintang mengambil sapu dan kemoceng lalu memberikan pada Tiara supaya ruangan ini bersih. Saat Tiara mulai menyapu dan membersihkan barang-barang yang tertutup kain putih, Lintang membuka jendela agar sinar matahari menembus masuk.

Setelah beberapa menit berlalu lantai 3 pun selesai di bersihkan ruangan ini sudah tertata rapi untuk menghilangkan aura negatif Tiara menyimpan bawang putih di setiap sudut rumah.

"Lo mau tidur di sini?" Tanya Lintang lalu duduk di sofa merebahkan diri.

Ikut merebahkan diri Tiara duduk di samping Lintang "Gak ah, masih takut."

"Terus mau sekamar lagi?"

Tiara mengangguk pelan.

Membuang nafas lelah Lintang menoleh ke arah Tiara mulai menseriusi ucapannya. "Sekamar tapi gak ngapa-ngapain? Gue cowok normal, nafsu gue masih labil."

"Yaudah satu kamar pisah ranjang, gimana."

Lintang menghela nafas kasar, gadis ini tak peka dengan perasaan nya. "Sama aja boong. Bego! Kalo Gue masih liat Lo pake handuk, dada keliatan Dede gue bangun."

Perasaan Tiara jadi takut pasalnya laki-laki di depan nya sudah menatap matanya. Apa jangan jangan... "Te- terus." Tiara gelagapan.

"Kita buat orang tua kita punya cucu!" Lintang menepuk paha Tiara. Jantung Tiara semakin berdebar dia belum siap jika harus berhubungan sama Lintang. "Kan bisa mengelakuin hubungan badan tanpa cinta."

"I-tu, itu pemerkosaan namanya." Tiara menyilangkan kedua tangan nya menutupi dada.

"Jadi mau tidur di kamar itu?" Lintang menunjukkan kamar yang terkunci di ruangan ini.

Rasanya ingin Tiara menangis atau menghilang di telan bumi. Perasaan nya benar benar takut dan gelisah jika pria di depannya akan bertindak pelecehan seksual secara paksa. Dalam hati Lintang ia tertawa melihat raut wajah Tiara yang Gelisah kini aksi yang pertama sudah di jalan kan Tinggal aksi kedua saatnya beraksi.

"Astaga itu apaan?" Lintang berdiri dari duduknya. Karna terkejut Tiara refleks mengikuti Lintang.

"Kenapa?" Sahut Tiara panik. Lintang memiringkan senyum.

"Di kamar yang mau Lo tidurin, gue liat sepintas bayangan lewat tapi gak ada kepalanya." Tiara menggigit bibir bawahnya ia tak akan mau tidur di kamar itu. "Dia kesini bung!" Lintang lari di ikuti Tiara dari belakang yang ketakutan. Tiara bersembunyi di balik punggung Lintang, ia meremas ujung baju pria itu.

"Siapa?"

"Kuyang!"

Jujur Tiara seorang penakut kalo mendengar kata hantu.

Lintang menarik tangan Tiara agar gadis itu tidak di belakang dan agar sejajar dengan nya. "Di sini itu banyak jenis dan model syaiton. Lo mau denger cerita tentang rumah ini? Gue ceritain ya?"

"Kata orang yang punya mata batin, di sini itu banyak. Bisa jadi.." Lintang menatap Tiara sekejap lalu melanjutkan ceritanya. "Di samping, belakang, depan Lo juga ada bung!" Tiara tak ingin mendengar cerita menyeramkan tapi Lintang malah bercerita. Dahi Tiara berkeringat ia celingak-celinguk sembari memeluk tangan Lintang.

"Dulu mama dan papa tinggal di lantai bawah, gue di lantai 2 dan lantai ini dulunya di tempati kakek dan nenek gue. Saat gue SMP kakek meninggal di kamar yang akan Lo tidurin nanti. Yang tadi gue liat ada yang lewat." Tiara semakin bergidik takut, wajahnya pucat. Sedangkan Lintang ia terkekeh. "Ntah kenapa semakin lama ruangan ini semakin menjadi-jadi. Gue pernah uji nyali sama sodara untuk tidur di kamar kakek. Tiba-tiba..." Lintang menggantung kalimat melihat Tiara yang menangis tanpa suara.

Segini dulu ya besok lanjut. Bye

Jangan lupa jejek petualang 🌟
Gak seru skip aja. Thanks...

LINTANG | E N DWhere stories live. Discover now