TIGAPULUHEMPAT

9.7K 1K 198
                                    

Huhuhuuu...
Komen di setiap paragraf 🦴
Bintang setelahnya 🌟

-HAPPYREADING-

dengan kasar Ansel mengetuk pintu rumah seseorang, sudah beberapa kali ia mengetuknya namun tak ada satupun yang membuka pintu. mungkin pemilik rumah mewah itu tengah tertidur.

untuk kesekian pintu terbuka menampilkan pria berumur 40 tahun. "tidak punya etika sekali anda." kata pria itu yang bernama Dito. menatap tak suka melihat Ansel.

"DI MANA ANAK ANDA?!" tegas Ansel dua tangannya sudah terkepal hingga urat tangan menonjol.

Dito tersenyum kecut. "setelah Glora menikah dengan anda, saya tidak pernah membiarkan anak itu menginjakkan kaki di rumah ini."

Mata Ansel semakin memerah akibat pengaruh alkohol dan emosinya sudah memuncak mendengar Glora tidak pulang ke rumah orangtuanya.

Ansel menarik kerah baju Dito, "ANAK ANDA KABUR MEMBAWA PUTRA SAYA. SAYA TIDAK AKAN PERNAH MEMBIARKAN PUTRA SAYA HIDUP BERSAMA GLORA!" sargas Ansel.

Dito menghempas cengkeraman Ansel.

"berani sekali anda berbicara dengan mulut bau alkohol? dengarkan saya, itu bukan urusan saya dan saya tidak peduli dengan itu. BAGUS JIKA GLORA PERGI DARI LELAKI BRENGSEK SEPERTI ANDA! MEMANG HARUSNYA GLORA SEPERTI ITU, TAPI HARUS NYA DARI DULU." tampik Dito.

"Shit! Glora pasti ada di dalamkan?" tanya Ansel. Ansel yakin istrinya pergi kesini mendengar ucapan Dito seperti itu.

"Anda lupa Glora bukan anak saya lagi setelah dia memilih menikah dengan lelaki brengsek? sekarang pergi dari rumah saya!" desis Dito lalu berbalik badan, mengunci pintu.

"Anjing!" Umpat Ansel. emosinya semakin tersulut.

Bugh!

Ansel meninju dinding begitu keras hingga mengeluarkan bercak darah di punggung tangan.

"lo pikir setelah bawa anak gue, lo bakal bebas dari gue, Glora? gak sayang." Ansel tersenyum smirk.

"gue bakal cari lo, Glora!" tambah Ansel menaiki motor, pergi meninggalkan pekarangan rumah Dito.

★★★

"nyesel banget dulu kita tes DNA anak ini, ya, Pah." ucap Feli pada Sandy.

"Mahh..." rengek Lintang bersimbah air di paha Feli.

"kurang beruntung kita punya anak," timpal Sandy. "di depan istrinya mana berani ni anak nangis sesenggukan." Sandy merekam aksi sang anak yang menangis lalu dikirimkan pada Tiara. itung-itung menyuruh menantunya untuk datang kemari.

"Mamah cuma nyuruh kamu pegang perusahaan bukan nyuruh bunuh diri, sayang. apa susahnya sih nurut? berbakti kepada orang tua?" Tanya Feli membelai wajah sang anak.

"tapi kan bisa nanti nunggu Lintang lulus Mah." ujar Lintang.

"nunggu Papa mati? keras kepala!" geram Sandy.

"iya!"

"assalamualaikum."

"waalaikumsalam." jawab Sandy, Feli, dan Lintang bersamaan.

mendengar suara yang tak asing baginya Lintang segera menegakkan punggung dan menghampus sisa-sisa air mata.

"Mantu Mama." Feli berdiri menyambut Tiara.

"dua-duanya sehat?" tanya Feli mengelus perut Tiara. pertanyaan itu di tujukan pada Tiara dan calon cucunya.

"Alhamdulillah sehat, Mah." balas Tiara.

LINTANG | E N DWhere stories live. Discover now