DUAPULUHDUA

11.5K 1.1K 21
                                    

"setuju ya untuk tahun ini tidak ada perpisahan kelas di karenakan murid-murid bapak sedang tidak mampu begitu juga dengan bapak." jelas pak Parhan.

"iyaaaaaa!" balas para murid satu dengan malas lelah lesu tidak berdaya.

"kelompok nya sesuai jadwal piket aja ya."

"iya,"

"bulan ini istri bapak lahiran, bapak minta doanya semoga my wife bisa lahiran normal."

"Amin!"

"alfatihah.... AudzubillahHiminasSyaitonNirojim, bismillahirrahmanirrahim..." ucap seluruh siswa.

"selesai! siap bersalam." perintah Dion.

"ass-"

"belum bel!" potong pak Parhan.

"saya udah lemes ni pak, pengen pulang." Keluh Byan.

"bukan kamu aja yang pengen pulang, bapak juga."

"pulang sekarang aja lah pak. kalo ada yang nanya, DI SURUH SAYA!" Lintang menunjuk dirinya.

"nah tuh pak, cucu nya aja udah angkat bicara." Sahut Aril.

pak Parhan menghela nafas pelan sembari menggeleng geleng kepala. "tunggu sebentar lagi. yang besok piket silahkan beberes tapi tidak boleh keluar kelas." katanya.

"udah tau gak berenergi malah di suruh piket, besok aja ya pak, kalo ayang yang nyuruh saya siap sedia." ujar Devina.

tringgg!!

bel pulang berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar. Tiara, cewek itu menarik tangan Hilza mengajaknya berlari keluar kelas sebelum dirinya di tangkap makhluk mengerikan.

tak langsung pulang, Tiara mampir ke perpustakaan untuk menemani Hilza meminjam buku.

"kamu mau minjem buku apa?" tanya Tiara.

"Biologi." jawab Hilza sambil memilih-milih buku.

---------

Di lapangan terdapat Lelaki yang tengah menjemur diri dengan wajah frustasi. Lelaki itu Billy, dia masih berada di sekolah karena dua alasan yaitu membantu Lintang mencari Tiara dan kedua untuk menghindari rentenir yang ingin membawa motor kesayangannya.

"Cari Tiara bawa ke gue! Ntar gue transfer tiga kali lipat." Billy mengangguk cepat lalu berlari secepat kilat.

Billy berhenti mendadak saat Denada Berjalan ke arahnya. Ia merapikan rambut sebelum bertemu pujaannya.

"Hai, belum pulang?" Tanya Billy basa basi.

"Belum, kenapa?"

"Pulang bareng mau gak?" Tanya nya lagi berharap mendapatkan jawaban yang di inginkan.

"Eeemm aku harus bilang dulu sama pacar aku." Balas Denada hati-hati takut jika lawan bicaranya syok atau pingsan.

Billy membulatkan mata tak percaya. "Pa-pacar? Siapa? Bukan Restai kan?"

"Bukan Resta. Tapi-"

"Siapa Den?"

"Aditya."

Lagi lagi Billy kalah saling, ia ingin sekali tertawa namun hati nya tak merestui. "Serius? Aditya temen sekelas kamu yang cungkring kerempeng? Yang sering bareng si Denis?" Billy menatap Denada serius sebaliknya Denada menatap Billy tidak suka.

LINTANG | E N DWhere stories live. Discover now