DUAPULUHDELAPAN

10.5K 963 32
                                    

tak ada satu katapun keluar dari mulut lelaki itu. Ia masih diam memerhatikan wajah Tiara lekat.

Tiara menaikkan sebelah alis, "enggak kaget?" 

"enggak, bagian itu udah di ceritain sama Papa waktu gue beli rokok." ujar Lintang sembari berjalan ke arah perempuan hamil yang tengah duduk di sofa. lelaki itu duduk lantai sambil meraih tangan Tiara untuk di genggam. "gue pengen tahu alasan kenapa Tante Hesti maksa kamu untuk jadi pendonor? terus ginjal nya Rayn rusak kenapa?" tanya Lintang bersiap mendengarkan semua cerita dari Tiara.

Tiara mengambil nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan sebelum menceritakan kejadian satu tahun kebelakang.

"gue itu pacaran sama Rayn dari kelas 10, kita pacaran backstreet dari para orangtua. singkatnya, gue ketemu sama Langit dan pacaran sama dia tanpa sepengetahuan Rayn."

"Lo ngedua?" tebak Lintang tepat sasaran.

Tiara mengangguk.

"ternyata Langit itu sodara tiri Rayn. hubungan mereka gak pernah akrab. sampai akhirnya Rayn tau pacar nya Langit itu gue, karna hubungan mereka yang gak akur, Rayn semakin membenci Langit. di tambah Mamanya lebih sayang ke Langit di banding anak kandungnya sendiri. semenjak kejadian itu Rayn berubah dia melampiaskan pada obat-obatan sampai overdosis."

"Rayn kecelakaan, ginjal nya rusak.
Tante Hesti nyalahin gue karna gue membawa pengaruh buruk terhadap kedua anaknya. Tante Hesti ingin dua ginjal gue untuk Rayn tapi Papa memberi kecaman ke Tante Hesti kalo gue bukan penyebab Rayn kritis."

"waktu Tante Hesti datang untuk memaksa, gue menyetujui untuk memberi Rayn satu ginjal itu juga harus menyakin Papa dulu."

sedari tadi mendengar sambil manggut-manggut, Lintang bersuara, "jadi sekarang cuma punya satu?" tanya nya.

Tiara tersenyum lalu mengangguk.

"Mama gimana?"

"Waktu itu Mama gak di kasih tau sebab Mama sedang di rawat setelah keguguran. Mama taunya pas gue selesai operasi, dia marah besar saking marahnya Mama minta cerai dari Papa." cairan bening sudah terkumpul di kelopak mata beberapa detik cairan itu jatuh.

tangan Lintang terangkat memegangi wajah sang istri, menghampus air mata dengan jempol.

"ini kesalahan gue tapi malah Papa yang di salahin, dari pada mereka pisah gue mutusin pergi tapi di tengah perjalanan gue jemput di bawa ke Medan. gak tau Papa nyelesain gimana akhirnya mereka gak jadi pisah."

Tiara membuang nafas panjang lalu tertawa hambar. "ke Jakarta lagi di suruh nikah sama anak bujang Tante Feliana." ujar nya.

Lintang ikut tersenyum, berdiri memeluk Tiara. "ada gue, ginjal gue buat kamu kalo cocok."

"makasih. Lo baik kalo gak ngeselin."

"Tiara?" panggil Lintang pelan.

"iya."

"sedekah malam, mau?" Lintang duduk di lantai sama seperti posisi tadi.

Tiara mengangguk setuju, "mau lah, biasanya jam segini suka ada anak-anak jalanan."

Lintang mengernyitkan dahi. "bukan itu, maksud nya sedekah malam ranjang." ujar nya.

menghela nafas kasar, Tiara menatap Lintang tajam. "pengen ya?" tanya Tiara lembut sambil memegang leher Lintang.

Lintang semakin gelisah tak karuan sentuhan Tiara membuat nya semakin 'ingin'. padahal tadi hanya memeluk tapi mengapa memunculkan gairah.

"gak tahan lagi!" Lintang meraup kasar bibir Tiara dengan sedikit kasar.

LINTANG | E N DWhere stories live. Discover now