TUJUH

14.2K 1.3K 31
                                    

"Ku kira Fuji ternyata fuja." Fuja siswa kelas 10, melirik ke arah para laki-laki yang menyebut nyebut namanya ia hanya melirik sekejap lalu memfokuskan pandangannya. Tak aneh lagi bagi para adik kelas bila namanya sering di sebut-sebut atau di jadikan lelucon oleh kakak kelas mereka. Karna itu sudah di jadikan kebiasaan buruk oleh kelas 12 dari tahun ke tahun.

"ku kira Yanti, ternyata Yanto."

"Ku kira dia mencintaiku ternyata tidak."

"Dih, apaan dah garing banget. Gak usah main sama Aril garing."

Perkataan Axel dan Billy membuat Aril memalingkan wajah.

"Barisik banget pagi-pagi." Lintang menyahut laki laki melempar sampah kuaci pada Axel dan Billy yang berada di depannya. Lalu mengambil ponsel dan membuka Instagram sedetik kemudian ia terkejut dan beralih manatap Axel.

"Xel lo jadian sama si Yanti?" Tanya Lintang antusias.

"Ismiyanti." Ucap Axel, Billy dan Aril serentak.

"Sama aja yang penting ada Yanti nya. Mau aja Lo pacaran sama dia."

"Dia lebih suka di panggil ismi, kalo Yanti itu tukang mie ayam di persimpangan." Tutur Axel menjelaskan. "Karna cinta buta gue pilih dia." Lanjutnya.

Lintang menepuk pundak Axel dan berbisik. "Yang buta itu cinta. Mata lo jangan ikutan buta!" Meski berbisik namun masih bisa di dengar Billy dan Aril.

"Ada info terhot." Entah datang dari mana Rizwan tiba-tiba duduk di sebelah Lintang. Tangan kanannya meraih kuaci dan memasukan ke saku seragam. Aksinya pun di lihat Billy. "Modus lu, ujung ujungan kuaci nyosor ke saku." Tukas Billy menjitak kepala Rizwan.

Rizwan terkekeh. "Pelit lu ucuf." Rizwan memanyunkan kata 'ucuf' hendak mencium tapi Billy menghindar.

"Ternyata si siluman itu anak bungsu nya Bu wati. Tadi gue denger bu Wati telpon sambil marah-marah Ama siluman. Kalo bener iya. Berarti selama ini kita punya mata mata." Tutur Rizwan.

"Serius?" Tanya Aril.

Rizwan mengangguk meng'iya'kan.

Mereka berlima beranjak pergi ke warung Bu wati. Warung Bu Wati adalah warung kegemaran siswa jika jamkos, karna posisi warung di gang sempit. Dan sulit di tinjau oleh para guru.

"Bu wat, kopsu lima." Ucap Axel saat sudah berada di warung Bu Wati.

Tidak ada yang berani menanyakan tentang anak bungsu Bu wati, akhirnya Lintang lah yang menanyakan hal ini.

"Bi?" Tanya Lintang saat Bu Wati mengantarkan kopi pesanan Axel. Bu Wati menoleh menunggu Lintang berbicara.

"Anak terakhir bibi Ansel Gusnan Pratama?"

"Kalian kenal?" Bu Wati menanyakan balik.

"Kenal dari temen." Sahut Aril.

Raut wajah Bu Wati berubah yang tadi ramah menjadi ketus. "Kontrak hubungan anak sama dia udah selesai." Ketus Bu Wati. 

Lintang yang lain nya saling memandang heran. Mungkin hubungan Bu Wati dan Ansel sedang renggang?

"Maksudnya gimana bi? Silum—"

Axel memekik tak melanjutkan kalimatnya karna Lintang sengaja menginjak kaki Axel agar anak itu tidak memanggil Ansel dengan sebutan siluman. Sangat memalukan.

"Maksudnya hubungan bibi sama An-sel kurang baik atau udah gak di anggap sebagai anak?"

"Anak belangsak. Kurang ajar, hobi malu maluin orang tua, Beban keluarga. Anak bibi banyak cuma Si balangsak aja yang gak pernah inget sama orang tua. Semenjak gaul sama Mandra." Gerutu Bu Wati. "Kalo kalian kenal, Tolong Rukiyah dia. Cape bibi tiap hari di suruh kesekolahnya."

"Ia kalo kita ketemu kita Rukiyah bi."

Raut wajah berubah lagi menjadi ramah saat seorang gadis yang tengah hamil muda datang ke tempat Bu Wati. "Assalamualaikum." Ucap gadis itu lalu menyalimi Bu Wati.

"Waalaikumsalam." Balas Bu wati.

"Anak keberapa bi?" Tanya Rizwan dengan rasa penasaran nya. Rizwan terasa asing dengan gadis tadi. ia mengenal semua anak anak Bu Wati tapi tidak dengan gadis yang tengah hamil. Bahkan keliatan nya gadis itu masih muda seumurannya.

"Menantu."

Kelima cowok itu saling bertatapan rahasia nya masih aman. Dan Bu Wati bukan mata-mata.

Drtt drttt

Bungaok
Nanti pulang beliin nasi Padang, ayam geprek sama jus alpukat. Thank bangke.

---------

"Udah syukur gue beliin."

"Tapi ini gak sesuai pesanan. Pesen apa datang apa." Rengek Tiara

Bagaimana tidak merengek. Pasalnya Tiara pesan nasi Padang, ayam geprek dan jus alpukat tapi yang datang malah sayur lodeh, ikan asin, gorengan tempe dan es teh manis.

"Lo kan kemarin beli sayuran kenapa gak masak aja sih dari pada nyusahin gue. Ngidam enggak! Jangan so cantik makan yang ada." Tukas Lintang. Tiara mengerucut kan bibir.

"Males masak. Bad mood. Masakin mie instan ya?"

"Minggat Lo dari sini. Gue usir! Lintang mengambil tas besar lalu melemparkan pada Tiara.

"Kalo bisa dari kemarin gue minggat tanpa Lo suruh!"

"Aaaaaa... Tang masakin mie. Lo tuh kalo hidup harus berguna." Tiara kembali merengek seperti anak kecil membuat Lintang berdecak sebal melihat tingkah nya yang ke kanal Kanakan.

"Yang harusnya berguna itu Lo. Lagian kan Lo punya hp ada kuotanya pesen onlen apa susahnya dari pada ngerepotin gue!" Gerutu Lintang.

"Kan— gue gak tau alamat rumah ini. RT RW nya berapa kecamatan mana kabupaten apa." Lintang mengikis jarak tangan nya terkepal sebelah nya lagi memegang rahang Tiara.

"Lo bener bener minta gue tonjok ya!"sentak Lintang bersiap membasmi Tiara jika Tiara membuat kesal untuk ke sekian kalinya.

Percayalah selama hadir nya Tiara, lintang frustasi darahnya naik turun tidak teratur. Jika di sekolah ia bisa tertawa dengan temannya tapi jika di rumah ia sering marah marah dan kesal. Ingin menelan Tiara hidup-hidup apalagi sekarang Ansel semakin menjadi-jadi. Beban nya semakin bertambah.

Tak mampu lagi bicara Tiara bungkam seraya menunjukan barisan gigi putih nya pada Lintang. Lintang bukan tipe pemarah atau pengecut yang berani pada perempuan. Sifat asli Lintang akan keluar  jika suasana mood baik.

Lintang melepaskan cengkeraman nya lalu beralih mengambil jaket. "Kita ke tukang urut. Biar lo gak nyusahin gue."

Lintang memberhentikan mobilnya saat sudah berada di tempat urut. Tapi sepertinya Tiara tidak menyukai tempat ini.

"Gue gak mau kalo tukang urut nya bapak-bapak, Mau ibu-ibu." Tukas tiara. Karna ia membaca spaduknya 'urut Mbah Surip' pasti yang urutnya bapak-bapak.

"Gue gak bawa Lo ke tukang pijit ples-ples. Kalo ia Lo di perkosa, gue ada alasan buat talak lo!" Sergak Lintang.

LINTANG | E N DWhere stories live. Discover now