DUAPULUHSATU

12.8K 1.1K 26
                                    

8 jam tertidur pulas, kini Tiara harus terbangun oleh suara berisik yang berasal lantai bawah, baru satu langkah Tiara merasa Aneh dengan suasana kamar yang tadinya seperti kapal pecah sekarang wangi dan bersih, semua barang sudah tertata rapi di tempat nya.

Tiara kembali melangkah membuka pintu kamar namun langkah nya harus terjeda saat melihat sang suami yang pagi-pagi sudah berada di dapur dengan celemek hitam polkadot melekat di tubuh tinggi sang suami.

Lintang berjongkok memungut serpihan piring pecah, di atas bawah sana Tiara juga melihat panci, wajan dan spatula berserakan di lantai, melirik ke arah kiri sudah terdapat makanan tersaji di meja makan.

apa Lintang memasak? jika benar ini pertama kali Tiara melihat Lintang memasak.

"Nemu mainan apa di dapur? kayak nya anteng banget," beo Tiara seraya menuruni tangga, menghampiri Lintang.

"nyonya udah bangun dari mati nya?"

"sembarangan kalo ngomong." Tiara duduk kursi meja makan.

tanpa sadar bibir Tiara melengkung membentuk senyum saat memerhatikan Lintang sedang beberes. dilihat dari samping hidung Lintang terlihat sangat mancung apalagi wajahnya  sangat tampan dan jika menunduk rambut nya akan jatuh membuat sangat tampan. benar benar sangat tampan.

dan jika sedang tidak ngeselin wajah Lintang terlihat adem dan membuat Tiara betah untuk terus menatapnya.

"gak gitu juga kali liat ketampanan gue." sahut Lintang membuyarkan lamunan Tiara.

"rambut Lo mending kek gitu kalo kesekolah lebih cakep pake poni, dari pada pake pomed kepinggir."

"kalo lagi nulis itu suka ngenganggu penglihatan, bung,"

"pake jepit rambut gue aja atau gak di kucir, pasti makin ganteng."

"udah gue siapin makanan buruan makan. ngebacot nya nanti." kata Lintang setelah membereskan semuanya dan kini ia duduk berhadapan dengan Tiara.

Tiara menatap nasi goreng ceplok telor buatan Lintang dengan serius dan teliti.

"Ini beneran buatan lo buat gue?"

"Iya."

"Ada apa? Tumben banget?"

"Supaya anak gue sehat di dalam sana,"

"Tapi ini gak di racunin kan? Takutnya di kasih lem gajah atau racun tikus." ucap Tiara mengintimidasi.

"lo kenapa sih sama gue? Suudzon terus," kata Lintang tak terima.

"Ya gimana abis nya pas malem lo ngeliatin perut gue, mau cabulin gue kan? Kalo pun lo mau liat calon anak lo gak bakal keliatan kecuali kalo perut gue bening anak lo yang sebiji kacang bisa keliatan." Jelas Tiara seraya mengacungkan sendok ke wajah Lintang.

Lintang mendengus pelan. "Ya ya ya buruan makan atau gue cabulin di sini." Ancam nya membuat Tiara langsung memakan nasi goreng buatannya dengan lahap.

Hening. Tidak ada percakapan dari keduanya.

Beberapa saat kemudian Tiara membuka suara, "kenapa lo suka manggil gue bung? gue kan cewek." tanya Tiara di sela-sela mengunyah.

"Suka aja, lo kan, bungaok. Jadi gue manggil lo bung."

"Apa karna malam pertama waktu make up gue susah hilang terus muka gue cemong? Tapi kan dandanan gue gak kayak hantu, Gak nakutin amat."

"Tapi tampilan lo buat gue takut, Mana malam itu malam Minggu Kliwon."

Tiara mencibikkan bibir mendengar.

"Yaudah kalo gitu gue manggil lo bang aja, seperti itu kan bangke?"

LINTANG | E N DWhere stories live. Discover now