Sophrosyine • 22 (Some Memories 3)

669 79 16
                                    

Kadang aku merasa hidup, kadang aku juga merasa kalau sebentar lagi aku mati, seperti berjalan dijembatan tali aku sangat takut untuk melangkah lebih jauh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kadang aku merasa hidup, kadang aku juga merasa kalau sebentar lagi aku mati, seperti berjalan dijembatan tali aku sangat takut untuk melangkah lebih jauh.
~Ranya Sifabella W • Sophrosyine~

🌑🌑🌑
Masih lanjut Ingatan Tentang Ranya!
Flashback On:

Ranya sedang belajar sendirian di taman rumah yang sepi, sebenarnya taman ini berada di ujung makanya tidak banyak orang yang datang kecuali tukang kebun. Dia sengaja mengambil tempat itu agar bisa merasakan ketenangan yang jarang sekali dia rasakan. Apalagi banyak pr yang harus dia kerjakan sekarang.

"Hallo!" Ujar seorang gadis berusia 6 tahun tiba-tiba menyapanya.

Ranya langsung melihat kearahnya, dan tersenyum manis membalas gadis tersebut.

"Hallo! Apa ada sesuatu?" tanya Ranya lembut.

Gadis kecil itu bernama Nadira, anak dari Om Johan adik ke tiga ayah, atau bisa dibilang Om Johan adalah anak bungsu dikeluarga ini. Ranya belum pernah bertemu dengan Omnya ini, karena dia sedang tugas diluar negri katanya akan tiba dalam beberapa hari lagi.

"Bisakah kau menunduk sebentar!?"

"Iya?" Ranya bingung, tapi dia menurut juga, menunduk ke arah gadis cantik di depannya.

Plak!

Tanpa disangka tangan kecilnya itu terangkat dan menampar wajahnya, Ranya diam terkejut ditempat. Walaupun anak kecil tapi tamparan Nadira cukup keras, apalagi sepertinya gadis itu menamparnya dengan sekuat tenaga.

Namun yang membuatnya begitu terkejut bukanlah karena sakit tapi perlakuan gadis kecil tersebut, dia tidak menyangka Nadira kecil akan menamparnya tiba-tiba seperti itu.

"Dasar penjahat! Dasar anak perebutan suami orang!" Teriaknya dengan nada kesal, Nadira lalu berlari pergi dari sana.

Ranya masih diam, dia melihat ke arah tujuan gadis itu berlari, terlihat kedua kakaknya Adelia dan Adelio tertawa sambil menatapnya. Dia hanya geleng-geleng kepala, dan memilih untuk mengerjakan kembali tugasnya.

"Se....semangat sebentar lagi, ayo berjuang!" Serunya untuk menenangkan diri.

•••

Ingatan kembali berpindah dan mengalir tidak tentu arah, ada banyak sekali penyiksaan baik secara verbal juga fisik. Chelsea semakin merasa gelisah wajahnya benar-benar sudah dipenuhi peluh.

"Bunda... Bunda..."

Dan ketika Bundanya lulus SMP lalu masuk ke SMA, pembullyan itu jadi semakin parah, dia juga mendapatkan bullying disekolahnya. Padahal dulu hanya dirumah, tapi kini likungan sekolah ikut memusuhinya juga.

Sophrosyne Where stories live. Discover now