ch. 4: Hidden Future

1.1K 187 47
                                    

Sungmin berdiri di depan pintu nomor 1 penthouse, lorong penthouse berbeda dari lorong apartment tipe lainnya, di lorong penthouse hanya terdapat beberapa pintu saja, karena ukuran penthouse lebih besar dan harganya paling mahal dibanding tipe lain jadi pengembang tidak banyak membuat penthouse.

Ada sebuah kamera di pintu yang terhubung dengan intercom, jadi pemilik rumah dapat melihat siapa tamunya sebelum membukakan pintu.

Kyuhyun yang sedang minum di dapur segera keluar membukakan pintu, dia baru kembali dari gym dan harusnya menunggu Sungmin sambil istirahat tapi karena dia tidak sabar dia berdiri saja di depan kitchen island, meja dapur yang menyatu dengan set dapur.

"Masuklah" Kyuhyun bersikap biasa-biasa saja, dia berjalan menuju ruang tengah dan Sungmin mengikutinya.

Seperti yang sudah Sungmin duga, ruangan penthouse memang tidak main-main, pandangan mata Sungmin begitu masuk disambut ruang yang luas dan tak bersekat dinding, sofa untuk tamu di sebelah kanan dari pintu masuk, sementara sofa untuk bersantai menonton tv ada di sebelah kiri berseberangan, dinding kaca yang lebar memperlihatkan taman di balkon luar dengan sebuah kursi memanjang dan payung peneduh serta kolam renang pribadi, open-kitchen terdapat di sisi kiri dengan mini bar, kemudian tangga di tengah ruang memutar naik ke lantai 2.

Sungmin seorang arsitek jadi tahu banyak macam bangunan dan sudah pernah melihat bermacam-macam gedung mewah tapi berada di dalamnya dan berpikir ruangan mewah itu bisa di tempati seseorang tetap saja dia merasa kagum.

Seperti inilah fasilitas untuk direktur GDS. GDS benar-benar royal memberikan akomodasi semewah ini untuk direkturnya.

Sungmin tidak tahu jika penthouse itu bukan akomodasi melainkan milik pribadi Kyuhyun dari penghasilannya sebagai Direktur GDS pusat Korea. Dan apartmen yang ditempati Sungmin juga bukan akomodasi GDS melainkan dibeli dengan uang pribadi Kyuhyun.

Saat melihat laporan sekretaris Kim tentang tempat tinggal Sungmin Kyuhyun merasa dia ingin melakukan sesuatu, dia ingin Sungmin bisa tinggal di tempat yang lebih baik, meski apartmen lama Sungmin layak tapi bagi Kyuhyun masih kurang dan rasanya dia tidak bisa menahan diri untuk memberikan yang terbaik untuk orang yang disukainya itu. Meski dia tidak mengharap akan mendapat imbalan dari semua itu.

Kyuhyun mengambilkan segelas wine dari mini bar di dapurnya, dengan memegang dua gelas dia berjalan menuju balkon sambil menyuruh Sungmin mengikutinya.

Angin malam terasa begitu segar, pemandangan lampu terrakota juga makin menambah keindahan. Billboard-billboard artis papan atas endorse produk terpasang di dinding gedung-gedung.

"Saya mau mengucapkan terimakasih karena Sajangnim sudah menerima saya di perusahaan impian saya..."
"Bukankah sangat kaku?" Kyuhyun memotong ucapan Sungmin sebelum selesai.
"Maaf?"
"Kau bisa bicara padaku dengan santai, usia kita juga tidak jauh berbeda"
"Tapi..."
"Aku lebih senang saat kita berbicara di kereta waktu itu, kau bicara dengan bebas tidak perduli status atau apapun, aku senang mendengar obrolanmu tentang arsitektur, kau terlihat benar-benar menyukai bidang pekerjaanmu"
"Karena waktu itu saya tidak tahu anda direktur GDS..."
"Memangnya kenapa kalau aku bukan direktur GDS?"
"Saya..." Sungmin menoleh memandang bossnya yang tampak lebih muda dengan tampilan kasual dan rambut yang basah karena keringat, "saya menganggap anda sebagai teman bicara".
"Jadi karena aku direktur aku tidak bisa jadi teman bicaramu?"
"Bu..." Sungmin menoleh lagi tapi diam kesulitan untuk menjawab, "apa saya pantas menjadi teman bicara direktur?"
"Apa kau pikir aku memilih-milih lingkaran pergaulanku?"
"Tidak..bukan itu maksud saya.." Sungmin akhirnya mengatakan hal yang mengganjalnya selama beberapa waktu ini setelah tahu orang asing yang diajaknya bicara panjang lebar ternyata jadi bossnya, "sebenarnya saya juga sulit untuk bersikap formal mengingat saya sudah bicara panjang lebar dengan bahasa santai waktu itu, tapi saya takut kalau terus bersikap santai seperti itu akan terbawa saat saya berbicara di depan umum, akan sangat tidak sopan jika pegawai lain mendengarnya, dan lagi..."

AbidingWhere stories live. Discover now